Radarriaunet | Jakarta – Ambruknya enam unit lapangan padel beratap baja di Anwa Racquet Club, Taman Villa Meruya, Kembangan, pada Minggu (26/10/2025) telah menyentak kesadaran publik: fasilitas premium yang dibangun dengan biaya besar ternyata bisa se-rapuh struktur sementara. Dengan lokasi kini disegel oleh Garis Polisi (Police Line), fokus investigasi meluas dari sekadar kelalaian teknis menjadi spekulasi adanya praktik bisnis gelap atau mark-down spesifikasi yang berpotensi merugikan keselamatan.
Fenomena 'Pembangunan Kilat': Mengejar Trend Tanpa Mengutamakan Mutu
Olahraga padel mengalami lonjakan popularitas yang sangat cepat di Jakarta, memicu gelombang pembangunan fasilitas baru dalam waktu singkat. Para pengamat konstruksi menduga bahwa insiden di Anwa Residence adalah hasil dari fenomena 'Pembangunan Kilat'—upaya pengembang untuk mengejar demand pasar dan segera meraup keuntungan, yang sering kali mengorbankan waktu yang dibutuhkan untuk pengawasan mutu dan penguatan struktural yang memadai.
Dr. Rahmat Subagyo, seorang konsultan teknik sipil, menyatakan keraguannya terhadap standar Quality Control (QC) yang diterapkan dalam proyek tersebut. "Struktur baja bentang lebar memerlukan erection method yang sangat hati-hati dan welding (pengelasan) yang harus diuji kualitasnya. Jika proyek dikejar target waktu, ada kecenderungan kuat untuk memangkas tahapan kritis, seperti Non-Destructive Testing (NDT) pada sambungan las, atau memilih kontraktor dengan penawaran termurah tanpa melihat rekam jejak kualitas," jelasnya.
Jejak Potensi Korupsi dan Mark-Down Material
Spekulasi yang beredar di kalangan kontraktor dan netizen adalah kemungkinan adanya praktik curang berupa pengurangan spesifikasi (mark-down) material untuk menggelembungkan keuntungan (mark-up).
Insiden di Lapangan Padel Anwa Residence ini mendesak Pemkot Jakarta Barat untuk tidak hanya memproses sanksi, tetapi juga menuntut keterbukaan dari pengembang. Untuk membantah spekulasi bisnis gelap, pihak pengembang ditantang untuk secara transparan memublikasikan dokumen kontrak konstruksi, termasuk spesifikasi teknis dan nama-nama perusahaan kontraktor serta konsultan pengawas yang bertanggung jawab.
Garis Polisi yang membentang di sekitar puing-puing Lapangan Padel tersebut kini bukan hanya garis batas fisik, melainkan simbol batas antara praktik bisnis yang etis dan praktik yang mengorbankan keselamatan demi keuntungan jangka pendek. Publik menuntut kejelasan, dan kasus ini diharapkan menjadi pintu masuk untuk menertibkan fenomena pembangunan fasilitas trend-setting yang dibangun di atas fondasi kualitas yang rapuh.
(Red)