Radarriaunet | Jakarta - Presiden Prabowo Subianto pada hari Senin (20/10/2025) melancarkan sebuah ultimatum terbuka yang menargetkan institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan Kejaksaan. Peringatan ini, yang disampaikan di tengah konteks pengembalian triliunan rupiah uang negara dari kasus korupsi CPO, memperkuat pesan bahwa komitmen pemberantasan korupsi harus berjalan seiring dengan perlindungan mutlak bagi rakyat kecil.
Hati Nurani: Pijakan Utama Penegakan Hukum
Presiden Prabowo menegaskan bahwa institusi penegak hukum tidak bisa lagi hanya berpegang pada teks undang-undang tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan empati kemanusiaan. "Penegak hukum harus punya hati. Harus punya hati," tegasnya, mengulangi frasa tersebut untuk menekankan bahwa moral dan etika adalah komponen wajib dalam setiap proses pidana.
Ultimatum ini secara spesifik meminta Polri dan Kejaksaan untuk menghentikan praktik:
Janji Perlindungan bagi Rakyat yang Melapor
Prabowo menyoroti peran sentral teknologi dan gawai (gadget) milik rakyat sebagai alat kontrol sosial. Ia tidak lagi melihat laporan dari rakyat sebagai keluhan biasa, melainkan sebagai sumber informasi kritis yang harus segera direspons.
"Kalau ada apa-apa, mereka punya gadget. Yang repot laporannya selalu langsung ke Presiden, itu yang capek itu. 'Pak Prabowo begini,' waduh, saya harus bereaksi karena itu rakyat kita, rakyat saya," jelasnya.
Pernyataan ini merupakan jaminan tersirat bahwa setiap laporan masyarakat mengenai ketidakadilan akan mendapat perhatian langsung dari pimpinan tertinggi negara. Hal ini secara efektif menciptakan jalur pengawasan vertikal yang memangkas hierarki lembaga, memberikan sense of urgency bagi aparat di daerah bahwa setiap tindakan mereka sedang diawasi.
Filosofi Kekuatan Negara yang Berpihak
Ultimatum Presiden ini bukan hanya soal etika, tetapi juga tentang politik kedaulatan negara. Prabowo memproyeksikan dualisme kekuatan:
Inti dari ultimatum ini adalah restorasi keadilan yang berpihak, mengubah paradigma penegakan hukum dari sekadar penindakan menjadi instrumen keadilan sosial. Prabowo menutupnya dengan seruan kepada semua aparat: "Saudara-saudara harus bantu saya menegakkan kebenaran, membela, membela yang lemah."
(editor:igo)