Ancaman Gempa Politik di Sepak Bola Asia: Jepang Ingin 'Merdeka' dari AFC, Dicurigai Karena Hegemoni Finansial Qatar

Administrator - Sabtu, 18 Oktober 2025 - 11:57:30 wib
Ancaman Gempa Politik di Sepak Bola Asia: Jepang Ingin 'Merdeka' dari AFC, Dicurigai Karena Hegemoni Finansial Qatar
Ilustrasi

Radarriau.net | Tokyo - Keputusan yang dilaporkan sedang dipertimbangkan serius oleh Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) untuk menarik diri dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan membentuk federasi baru yang berpusat di Asia Timur kian memperjelas keretakan internal yang sudah lama terpendam di benua tersebut. Langkah radikal ini bukan sekadar pergantian organisasi, melainkan sebuah pernyataan politik yang didorong oleh rasa frustrasi terhadap apa yang dianggap JFA sebagai dominasi berlebihan oleh pengaruh finansial Qatar dan tata kelola yang tidak transparan di tubuh AFC.

Akar Masalah: Kecewa pada 'Qatari Influence' dan Ketidakadilan Jadwal

Fokus utama kekecewaan JFA adalah apa yang mereka sebut sebagai "Pengaruh Qatar" yang menjangkiti keputusan-keputusan strategis AFC. Meskipun Qatar dan negara-negara Teluk lainnya telah banyak berinvestasi dalam sepak bola Asia, Jepang khawatir investasi ini telah memiringkan neraca kekuasaan, membuat keputusan organisasi lebih menguntungkan kepentingan Asia Barat.

Ketidakpuasan ini memuncak pada isu-isu teknis dan praktis yang secara langsung merugikan tim dan klub Jepang:

Keputusan Kontroversial Turnamen Klub: Perubahan format dan kontroversi seputar turnamen terbaru, AFC Champions League Elite (ACLE), menjadi salah satu titik didih. JFA merasa klub-klub mereka dirugikan oleh keputusan administratif yang tidak konsisten dan tidak adil, yang ditafsirkan sebagai bentuk diskriminasi.

Jadwal Internasional yang Mencekik: JFA juga menyoroti jadwal pertandingan internasional (FIFA Matchday) yang memaksa pemain-pemain bintang mereka yang berbasis di Eropa, seperti Takefusa Kubo, untuk melakukan perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan (jet lag) demi membela tim nasional. Jarak yang sangat jauh dan perbedaan zona waktu antara Asia Timur dan Eropa, dibandingkan dengan negara-negara di Asia Barat, sering kali dikeluhkan memengaruhi kondisi fisik pemain.

Gelombang Protes Meluas: Mengapa Irak dan Indonesia Ikut Bergerak?

Yang menarik, wacana ini mendapat respons positif dari berbagai negara, bahkan yang secara tradisional berada di luar zona geografis Asia Timur, seperti Irak dan Oman, serta Indonesia di Asia Tenggara.

Irak dan Oman: Keluhan mereka sebagian besar berpusat pada kurangnya transparansi dan keadilan dalam penentuan tuan rumah untuk putaran lanjutan kualifikasi Piala Dunia. Mereka menuduh AFC terlalu mudah mengubah peraturan atau membuat keputusan yang menguntungkan negara-negara tertentu, menciptakan kecurigaan praktik yang tidak profesional dan bahkan koruptif. Dalam konteks ini, langkah Jepang dianggap sebagai harapan untuk mencari badan pengatur yang lebih adil dan transparan.Indonesia: PSSI (Federasi Sepak Bola Indonesia) juga dilaporkan merasakan keresahan serupa. Meski belum ada pernyataan resmi, wacana untuk bergabung ke Federasi Asia Timur (yang sudah ada, EAFF, atau yang baru dibentuk Jepang) pernah muncul di kalangan suporter, didasari oleh ketidakpuasan terhadap organisasi sepak bola di kawasan Asia Tenggara (AFF) dan juga keputusan-keputusan AFC yang dianggap merugikan.

Masa Depan "Federasi Asia Timur": Sebuah Liga Super Regional?

Jika Jepang berhasil merealisasikan rencana ini dan menarik Korea Selatan, Tiongkok, Indonesia, dan beberapa negara Asia Barat yang kecewa, federasi baru ini dapat menjadi kekuatan ekonomi dan olahraga yang signifikan.

Peningkatan Kualitas Kompetisi Regional: Dengan klub-klub terbaik dari Jepang, Korea Selatan, dan pasar yang besar seperti Indonesia, sebuah turnamen klub baru akan memiliki potensi untuk menjadi "Liga Super" regional dengan kualitas dan daya tarik komersial yang jauh lebih tinggi daripada yang ditawarkan AFC saat ini.
Ancaman Serius bagi AFC: Kehilangan kekuatan finansial dan kualitas teknis dari Jepang dan Korea Selatan akan melemahkan posisi AFC secara signifikan di mata FIFA dan sponsor global. Ini akan memaksa AFC untuk melakukan reformasi mendalam atau menghadapi hilangnya dominasi atas sepak bola di benua terbesar ini.

Saat ini, situasi masih dalam tahap pertimbangan serius. Namun, munculnya berita dari media Irak, UTV, dan tanggapan positif dari berbagai negara menunjukkan bahwa ancaman perpecahan ini adalah sinyal peringatan keras bagi kepemimpinan AFC. Seluruh komunitas sepak bola Asia kini menantikan langkah JFA selanjutnya, yang berpotensi mengubah lanskap sepak bola benua secara drastis.

[]