Apakah TNI Dicintai Rakyat?

Administrator - Senin, 10 Oktober 2016 - 15:32:09 wib
Apakah TNI Dicintai Rakyat?
TNI yang Semakin Dicintai Rakyat. kps
RADARRIAUNET.COM - Pertanyaan ini tentu saja menggelitik bagi TNI juga bagi masyarakat yang peduli dengan TNI. Namun, jawaban dari pertanyaan ini bukan hanya menggelitik, melainkan bisa jadi hal yang sangat serius bagi TNI. 
 
Saya mencoba mencari jawaban dari pertanyaan ini dengan menggunakan matematika tanpa angka. Walaupun jawabannya mungkin tidak akurat, ini akan menjadi bahan perenungan bagi TNI.   
 
Sebelum mencoba menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan matematika tanpa angka, saya ingin mengingatkan pesan Panglima Besar Sudirman di Yogyakarta pada 1 Januari 1946, "Tentara bukan merupakan satu golongan  di luar  masyarakat, bukan satu kasta yang berdiri di atas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu." Berdasarkan pesan beliau ini, saya mengambil kesimpulan bahwa TNI adalah bagian dari masyarakat atau bisa dikatakan TNI adalah bagian dari rakyat Indonesia. Makna slogan: "Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat, dan Profesional", kita juga sering mendengar slogan Tentara Nasional Indonesia yang berbunyi: "Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat, dan Profesional".    
 
Jika kita renungkan makna kata "Bersama Rakyat", hal ini bisa dimaknai rakyat sebagai pihak pertama dan TNI sebagai pihak kedua. Jika ditelaah lebih jauh, berarti TNI dengan rakyat merupakan dua pihak yang berbeda. Jika direnungkan lebih mendalam, slogan "Bersama Rakyat, TNI Kuat, Hebat, dan Profesional" bertentangan dengan pesan Panglima Besar Sudirman di Yogyakarta pada 1 Januari 1946. Karena, hal itu seperti terjadi dikotomi antara sipil dan militer. 
 
Jika dilihat dari teori himpunan, menurut pesan Panglima Besar Sudirman, TNI adalah himpunan   bagian   dari rakyat Indonesia atau  TNI adalah bagian dari rakyat Indonesia. Sedangkan dari pesan slogan di atas, rakyat (sipil) dan TNI (militer) adalah dua himpunan yang terpisah, dan TNI ingin bersama atau ingin membuat irisan dengan rakyat. Logikanya TNI akan kuat ketika irisan itu semakin besar sehingga TNI harus membuat berbagai irisan atau kerja sama dengan elemen-elemen yang ada di dalam rakyat.   
 
Berdasarkan slogan TNI tersebut, TNI penting untuk tahu apakah rakyat mencintai TNI atau tidak? Karena, jika rakyat tidak mencintai TNI, tidak mungkin rakyat akan bersama dengan TNI. Jika rakyat tidak bersama TNI, sangat sulit TNI untuk kuat, hebat, dan profesional. Mengapa saya katakan sulit bukan tidak   mungkin, karena berdasarkan logika matematika pada kaidah  silogisme dari  pernyataan slogan tersebut. TNI masih mungkin untuk bisa kuat, hebat, dan profesional tanpa rakyat. 
 
Misalnya, ketika TNI bekerja sama dengan pihak tertentu yang bukan bagian dari rakyat sehingga TNI mendapat bantuan dana yang sangat besar yang membuat TNI bisa membeli alutsista, mendanai latihan, membuatkan perumahan untuk anggota TNI, atau menyejahterakan anggotanya. Tentunya, TNI akan bisa menjadi kuat, hebat, dan profesional tanpa bantuan rakyat. Hanya pada saat itu, TNI bukan lagi tentara seperti yang disampaikan Panglima Besar Sudirman. Anggaran TNI yang minim bisa jadi bumerang bagi negara.
 
Mari kita renungkan pesan dari Panglima Besar Sudirman di Yogyakarta pada 5 Oktober 1949: "Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, prajurit kita bukanlan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya, kita masuk dalam tentara, karena keinsafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara." 
 
Tugas memelihara TNI adalah tugas seluruh rakyat Indonesia, secara teknis beban ini ada di pundak Panglima TNI. Beban ini bukanlah beban yang ringan sebab Panglima TNI harus bisa memelihara TNI dengan anggaran minim yang diberikan negara. Panglima TNI harus memikirkan kesejahteraan prajurit dan memikirkan kekuatan persenjataan TNI yang harus memenuhi minimum essential force (MEF). 
 
Seharusnya, negara bisa memberikan anggaran jauh lebih besar kepada TNI. Hal itu agar TNI bisa memenuhi kebutuhannya tanpa harus meminta bantuan dari pihak lain. Agar TNI tidak menjadi alat suatu golongan atau siapa pun dan TNI tidak mudah dibelokkan oleh kepentingan apa pun. 
 
Sangatlah salah jika negara, dalam hal ini pemerintah dan DPR, berpikir karena dalam kondisi damai, anggaran untuk TNI tidak perlu besar. Jika kesejahteraan anggota TNI tidak terpenuhi, akan banyak anggota TNI mencari penghasilan tambahan, yang menyebabkan anggota TNI tidak fokus lagi pada tugas pokoknya. Bisa jadi kesetiaan anggota TNI menjadi terbelah antara kepada negara dan kepada yang bisa memberi penghasilan tambahan. Kesetiaan yang terbelah itu bisa jadi akan menyakiti rakyat ketika TNI harus membela orang atau perusahaan yang memberi penghasilan tambahan sehingga  TNI bisa tidak dicintai rakyat. 
 
Kondisi ini akan sangat membahayakan negara pada masa depan. Multifungsi TNI karena TNI adalah kita. Ketika zaman Orde Baru kita mengenal istilah dwifungsi ABRI, tetapi sekarang istilah ini terkubur seiring dengan berakhirnya Orde Baru. 
 
Menurut saya, dwifungsi ABRI adalah konsep yang bagus untuk Indonesia  karena TNI berbeda dengan tentara-tentara di negara lain. TNI adalah tentara rakyat, TNI tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu. Kewajiban di sini adalah mempertahan kedaulatan negara dan  menjaga keselamatannya. Mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya ketika masa damai   tidak kalah penting dibanding ketika masa perang. Malah, untuk kondisi sekarang jauh lebih penting karena  banyak negara menjadi tidak berdaulat dan hancur tanpa melalui jalur peperangan militer. 
 
Pada kondisi sekarang, negara seharusnya bukan hanya menghidupkan kembali dwifungsi, malah harus  menumbuhkan multifungsi TNI di mana TNI terlibat dalam kegiatan-kegiatan  nonmiliter dalam rangka  menyelamatkan negara. Negara harus memfasilitasi TNI agar bisa terlibat di berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara harus memfasilitasi TNI bekerja sama dengan berbagai kementerian.  
 
Misalnya dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seperti yang sudah terjadi, TNI bisa terlibat menjadi guru di daerah perbatasan, merenovasi bangunan-bangunan sekolah. Dengan Kementerian Pertanian, TNI membuka lahan-lahan tidur di daerah-daerah perbatasan untuk menjadi lahan pertanian. Dengan Kementerian Pekerjaan Umum, TNI membuat jalan-jalan bagus di perbatasan. Dengan BUMN, TNI bisa mengirimkan anggotanya untuk bekerja di perusahaan milik negara yang tempatnya di negara yang sedang terlibat konflik. Rakyat tidak perlu khawatir dengan multifungsi TNI akan menyingkirkan peran komponen bangsa yang lain. 
 
Hal yang harus dipahami juga TNI adalah bagian dari rakyat sehingga tidak perlu dipermasalahkan TNI ada dalam berbagai bidang karena TNI adalah Kita. 
 
Penutup
Bagaimana kesimpulan jawaban dari  pertanyaan, apakah TNI dicintai rakyat? Menurut saya, pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab jika kita sepakat TNI adalah bagian dari rakyat atau kita berpikir TNI adalah kita. Karena, tidak mungkin kita tidak mencintai diri kita sendiri. Walaupun dengan berbagai keterbatasan yang diberikan negara, semoga TNI tetap menjadi bagian dari rakyat dan jangan sampai TNI menjadi alat dari partai politik, golongan tertentu, atau perseorangan. Dirgahayu TNI.
 
 
Raden Ridwan Hasan Saputra
Pendiri Klinik Pendidikan MIPA dan Trainer Olimpiade Matematika Internasional/rol