RADARRIAUNET.COM: Sejumlah Dosen Universitas Islam Riau yang tergabung dalam tim pengabdian Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Riau Sri Rahayu, S.Pd., M.Pd bersama Dr. H. Sudirman Shomary, M.A dan Ermawati S, S.Pd., M.A. serta Hermaliza, S.Pd., M.Pd melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi berupa kegiatan Pelatihan Membaca Puisi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Siak Hulu Kabupaten Kampar Riau, Minggu (1/3/2020).
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Sri Rahayu, S.Pd., M.Pd didampingi Dr. H. Sudirman Shomary, M.A dan Ermawati S, S.Pd., M.A. serta Hermaliza, S.Pd., M.Pd mengatakan, pelatihan pembelajaran membaca puisi sangat diperlukan untuk mendukung keterampilan siswa terutama dalam melatih mental siswa.
"Membacakan puisi merupakan salah satu media yang tepat untuk mengajarkan nilai moral kehidupan kepada anak. Penyampaian yang menarik dan indah dengan kalimat sederhana tentunya akan membuat anak tertarik dan mudah mengingatnya. Dengan demikan secara tidak langsung dan tanpa sadar anak telah diajarkan nilai–nilai kebaikan yang dengan sendirinya akan diamalkan dalam kehidupan sehari–hari," sebutnya.
Menurut Ayu sapaan akrabnya, membacakan puisi terkadang menjadi suatu hal menakutkan bagi sebagain besar siswa karena harus tampil di hadapan orang ramai.
"Walaupun ada siswa yang senang dengan pembelajaran membacakan puisi itupun hanya sebagian kecil sebagian besar siswa masih menganggap pembelajaran membacakan puisi adalah suatu pembelajaran yang sulit," terangnya.
Membaca puisi bisa membangun karakter dan kepribadian siswa karena di dalam puisi mengandung pesan dan nilai-nilai moral.
Untuk itu Ayu sambung Ayu, melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan keterampilan dan keberanian siswa untuk mengeksplorasikan potensi.
"Di samping melatih kemampuan bersastra, membacakan puisi juga bisa melatih kemampuan mental siswa untuk tampil di depan orang banyak," jelasnya.
Ayu mengungkapkan, sebagian besar guru mengeluhkan rendahnya minat siswa ketika diminta tampil membaca puisi.
"Dengan adanya kegiatan ini dapat melatih mental siswa khususnya dalam pelafalan, nada, tekanan, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang tepat saat tampil di depan umum," papar Ayu.
Berkat kerjasama dan dukungan semua pihak terutama sekolah SMPN 4 Siak Hulu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut dapat terlaksana dengan baik.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung terutama dukungan yang diberikan oleh LPPM UIR dan terima kasih kepada keluarga besar SMPN 4 Siak Hulu yang telah berkenan bekerjasama karena kegiatan ini sejalan dengan diantaranya pengabdian kepada masyarakat," sebutnya.
Ayu menyebutkan beberapa teknik yang digunakan dalam membaca puisi dengan mengutip teori ahli, diantaranya: pembaca puisi yang baik harus telah memahami makna puisi yang terdalam puisi yang akan dibacakannya dan menguasai beberapa masalah elementer pembacaan puisi.
Pertama, memahami puisi. Ada beberapa hal yang dapat membantu untuk memahami puisi yaitu memperhatikan judul puisi, memahami setiap kata yang terdapat dalam larik dan bait puisi baik makna denotatif maupun makna konotatifnya.
Kemudian, memahami bentuk puisi yang akan dibacakan. Kedua, menguasai teknik baca puisi.
Adapun yang termasuk ke dalam teknik membacakan puisi ini yaitu vokal dan pengucapan, hal ini meliputi kejelasan artikulasi dan kemerduan.
Teknik vokalisasi dan pengucapan adalah hal yang amat menentukan berhasil tidaknya dalam pembacaan puisi karena suara yang keluar itulah yang akan menggetarkan sukma pendengar. Vokal dan pengucapan yang tepat membuat pendengar berada dalam puisi yang dibacakan.
Teknik vokal dan pengucapan ini mencakup kejelasan artikulasi dan kemerduan. Kejelasan artikulasi dalam membacakan puisi sangat diperlukan. Satu fonem pun tidak boleh luput dari pembacaan karena hal itu berpengaruh terhadap keindahan pengucapan.
Sedangkan kemerduan suara menyangkut masalah intonasi antara lain: tekanan dinamik, tekanan tempo, tekanan nada, dan tekanan modulasi. Tekanan dinamik yaitu tekanan keras atau lembut.
Pembaca puisi harus mampu membedakan kapan ia harus membaca dengan keras dan kapan pula harus membaca dengan lembut. Tekanan tempo yaitu tekanan cepat atau lambat; kapan harus membaca dengan cepat dan kapan pula harus membaca dengan lambat.
Tekanan nada yaitu tekanan tinggi-rendah.Tekanan-tekanan ini dilakukan tergantung kepada suasana puisi dan intensitas penghayatan pembaca terhadap puisi.
Selanjutnya tekanan modulasi adalah perubahan bunyi suara: besar-kecil, bunyi desah, bunyi guntur, dan lain-lain.
"Itu semua bisa dikuasai jika memiliki keinginan dan giat berlatih," paparnya dosen pengampu mata kuliah Apresiasi Prosa, Fiksi itu.
Teknik yang selanjutnya sebut Ayu, menata gerak dan penampilan.
"Hal ini meliputi gerak dan mimik. Setiap gerakan dalam membaca puisi lahir dari karena tuntutan puisi dan timbul secara reflek," terangnya.
Ayu mengutip pernyataan Atmazaki dan Hasanuddin bahwa membacakan puisi adalah upaya menyampaikan isi puisi, perasaan, dan pikiran yang terkandung dalam puisi kepada orang lain agar mereka memahami dan sanggup menikmati kandungan makna puisi tersebut. Disamping itu, baca puisi juga merupakan upaya untuk menggugah rasa seni dan menggelitik rasa indah para pendengar.
Ayu mengungkapkan, sejumlah persoalan yang dialami diantaranya tiap ada perlombaan guru sangat sulit mencari siswa yang mau dan berani membaca puisi.
"Hal itu disebabkan kurang terbiasanya siswa dalam membacakan puisi," ungkap lulusan UNP Padang itu.
Padahal, sambung Ayu, pembelajaran membaca puisi sangat penting bagi siswa sekolah dasar. (Abd)