Jauh di Pelosok, Masyarakat Pangkalan Kapas Dirikan Pondok Belajar dan Pustaka

Administrator - Sabtu, 03 September 2016 - 10:16:42 wib
Jauh di Pelosok, Masyarakat Pangkalan Kapas Dirikan Pondok Belajar dan Pustaka
Jauh di Pelosok, Masyarakat Pangkalan Kapas Dirikan Pondok Belajar dan Pustaka. skc

RADARRIAUNET.COM - Pernah mendengar Kenegarian Pangkalan Kapas? Ya, Kenegarian ini masuk dalam wilayah Kecamatan Kampar Kiri Hulu dan berada di ujung Kabupaten Kampar berbatasan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

Terdapat beberapa desa di Kenegarian ini, diantaranya Desa Pangkalan Kapas, Lubuk Bigau, Kebun Tinggi dan Tanjung Permai. Boleh dikatakan Kenegarian Pangkalan Kapas letaknya terisolir. Masyarakat di sini lebih banyak memilih belanja di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dan jika mau ke ibu kota Kabupaten Kampar mereka memilih lewat Kabupaten Lima Puluh Kota daripada lewat di Lipatkain karena kondisi jalannya yang jelek.

Meski berada jauh di pelosok, ternyata semangat masyarakat Pangkalan Kapas untuk mengejar ketertinggalan tak kalah hebatnya dengan wilayah pelosok lainnnya di tanah air, terutama mengejar ketertinggalan dibidang sumber daya manusia.

Arika (28), salah seorang pemuda setempat yang aktif memperjuangkan desa-desa di Kenegarian Pangkalan Kapas dalam penuturanya kepada awak media, Rabu (31/8/2016) mengungkapkan, saat ini ia bersama masyarakat lainnya telah mendirikan sebuah pondok belajar dan pustaka yang diberi nama Pondok Belajar dan Pustaka Huruf Bella.

Ia menuturkan, pondok ini lahir karena  ketertinggalan secara permanen yang dialami masyarakat Kenegerian Pangkalan Kapas dari berbagai segi termasuk yang berbau pendidikan. Dikatakannya, ada upaya pembodohan bermotif kebijakan dari zaman ke zaman yang menyebutkan daerah di Pangkalan Kapas masuk dalam kawasan hutan yang berbuah kesulitan panjang yang tak bertepi bagi masyarakat adat 4 desa di Kenegerian Pangkalan Kapas.
 
"Bahkan untuk makan pun mengeluh di tengah limpahan sumberdaya alam yang ada di desa. bak tikus mati dilumbung padi," beber Arika.

"Berangkat dari derita yang tergores diatas. Berbagai upaya sederhana telah dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat dan pemuda Kenegerian Pangkalan Kapas demi kemakmuran masyarakat desa. Mulai dari membina kelompok tani demi ketahanan pangan, mendesak pemerintah demi hak kesamaan pembangunan, sampai pada mengajukan pengakuan hak atas kawasan lestari yang berkelanjutan dan berpihak pada kesejahteraan yang panjang, pengajuan hutan desa atau hutan adat," katanya.

Namun sampai saat ini kata Arika, semuanya masih terbatasi oleh kepentingan serta sumber daya manusia yang masih tergolong rendah di Kenegerian Pangkalan Kapas.

Sehingga kondisi itu meyebabkan belum ada capaian yang menjanjikan demi keberlangsungan taraf hidup yang sejahtera,  ramah lingkungan dan berkelanjutan. Energi dihabiskan untuk mengajak, bukan untuk bertindak. Menurutnya, suatu tempat atau daerah tidak akan maju jika cara berpikir orang di dalamnya tidak maju.

"Untuk itu, kami sekeluarga bertekat membuat sebuah sarana tempat belajar bersama melalui membaca yang Insya Allah akan dinamai Pondok Belajar dan Pustaka Bella atau Obor Huruf Bella," terangnya.

"Dalam hal ini kami tidak memposisikan diri sebagai guru, pemimpin, pengayom ataupun kata lain yang bermakna hebat dibanding yang lain. Karena tidak satu orang pun penggagas, pendiri serta pelaksana Obor Huruf Bella yang tamat sekolah menengah pertama atau SMP sederajat, apalagi SMA dan sarjana. Akan tetapi kami hanya berniat membuat wadah tempat belajar dan membaca bersama dengan sebagian kegiatan akan mencontoh sekolah dan pustaka sesuai kemampuan," ulas Arika.

Pendirian pondok belajar dan pustaka ini diharapkan mampu menjadi lantera pengetahuan bagi masyarakat Kenegerian Pangkalan Kapas pada umumnya dan siswa/siswi SD serta SMP yang ada di desa khususnya.
 
"Kami berharap Obor Huruf Bella bisa menjadi sebuah batu loncatan untuk merubah paradigma masyarakat Kenegerian Pangkalan Kapas sehingga mampu mendefinisikan kesejahteraan yang sebenarnya. Sehingga segala potensi yang ada di Kenegerian Pangkalan Kapas mampu dikelola secara benar demi kesejahteraan hidup yang berkelanjutan bagi masyarakat terutama dalam bidang pemanfaatan lingkungan," katanya.

Pengurus pondok dan pustaka ini bertekat menyajikan berbagai jenis buku yang akan menjadi bahan belajar bersama demi terbentuknya akidah, keahlian serta pengetahuan yang lebih benar di Kenegerian Pangkalan Kapas.

Meskipun saat ini telah ramai anak-anak yang datang membaca namun diakuinya keterbatasan sumberdaya dan pendanaan membuat peresmian pondok belajar dan pustaka ini belum terwujud.

Buku-buku yang tersedia masih sangat minim dan belum bisa dipinjamkan. Untuk itu Arika berharap masyarakat Kabupaten Kampar khususnya bisa membantu menyumbangkan buku bekas atau baru. Bagi yang berkesempatan berkunjung atau kebetulan lewat di Kenegerian Pangkalan Kapas pihaknya berharap agar berkunjung untuk memberikan masukan dan saran ke pondok dan pustaka tersebut.

"Kami belum bisa menerima bantuan dalam bentuk uang, karena kami belum bisa mempertanggungjawabkannya. Kami takut menerima uang, nanti teman-teman kecewa jika manfaat dari sarana yang kami bangun tidak sebanding dengan bantuan," pungkasnya.


skc/fn/radarriaunet.com