Masker Wajah Tak Efektif Atasi Polusi Udara

Administrator - Sabtu, 27 Agustus 2016 - 09:44:26 wib
Masker Wajah Tak Efektif Atasi Polusi Udara
Penelitian terbaru dari University of Massachussets, AS menyimpulkan bahwa masker wajah tak sepenuhnya efektif melindungi diri dari polusi udara. cnn
RADARRIAUNET.COM - Penggunaan masker wajah di dunia, khususnya di Asia, baik itu masker bedah, masker kain atau masker berbentuk moncong atau N95, dinilai tak sepenuhnya efektif melindungi diri dari polusi udara. 
 
Mengutip laman CBS Local, temuan tersebut diambil dari laporan penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti University of Massachussetts, AS dengan sampel masker wajah di Kathmandu, Nepal. 
 
Menurut Richard Peltier, ketua tim peneliti, penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui lebih jauh seefektif apa masker wajah yang dikenakan sebagai pelindung dari polusi udara. Dia mengaku takjub karena selama ini belum pernah ada penelitian ilmiah yang fokus mendalami hal ini. 
 
"Polusi udara sangat berbahaya, karena menjadi pemicu yang menyebabkan kematian pada enam hingga tujuh juta orang per tahunnya, akan tetapi sayangnya tidak banyak orang yang menaruh perhatian khusus mengenai hal ini, dan benar-benar memikirkan akibatnya,” ujar dia. 
 
Richard menambahkan, beberapa orang malah beranggapan mereka terlindungi di manapun berada, padahal nyatanya tidak demikian. Meskipun mengenakan masker, mereka tidak sepenuhnya terlindungi karena masker ini tidaklah seefektif yang diharapkan. 
 
"Pemakai masker yang berdiri di samping truk berbahan bakar diesel mungkin berpikir mereka aman, padahal tidak, justru masih berisiko,” ujar Richard.
 
Mengingat hal tersebut, kata dia, menjadi sangat penting kemudian untuk mengedukasi masyarakat akan efektif atau tidaknya pemakaian masker wajah ini. 
 
"Butuh usaha lebih keras dari badan kesehatan untuk edukasi masyarakat akan hal ini, bahwa masker yang mereka kenakan belumlah efektif sebagai pelindung dari polusi udara. Masker ini memang mengurangi kemungkinan terkena polusi udara secara langsung, tapi mereka masih tetap berisiko," kata Richard. 
 
Fungsi Masker Wajah 
Mengutip NY Times, hasil studi yang dimuat dalam The Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology tersebut juga menyebutkan masker berbentuk moncong yang melindungi seluruh bagian bawah wajah dan dilengkapi lubang udara dianggap lebih baik, karena dapat melindungi hingga 90 persen dari partikel debu, dan 60 persen pembuangan gas bahan bakar. 
 
Masker N-95, yang mendapat sertifikat Nastional Institute for Occupational Safety and Health, menghalangi hampir 95 persen debu partikel kecil, sayangnya sulit ditemukan di Asia, dan harganya cukup mahal antara Rp30 ribu-Rp50 ribu per satuan. 
 
"Di Nepal, harga masker itu sama dengan harga upah satu hari," ujar Dr. Peltier. 
 
Karena itu, banyak di antara mereka yang kemudian memilih masker bedah dan kain yang dapat dikenakan sekali dan langsung dibuang, atau dicuci dan dipakai lagi karena dapat diperoleh dengan harga antara Rp3 ribu-Rp5 ribu. 
 
Penelitian tersebut juga melihat lebih jauh akan kemampuan menyaring dari masker wajah. Patut diketahui, bahwa masker yang baik dapat menyaring partikel debu di bawah 10 mikron, karena partikel debu dengan ukuran 10 mikron dapat menyebabkan batuk atau hidung tersumbat. Sementara, partikel debu lebih kecil ukuran 2,5 mikron dapat masuk ke saluran bronchi dal alveoli di paru-paru dan menyebabkan asma. 
 
Menurutnya, Kathmandu termasuk kota dengan pencemaran udara cukup parah. Bahkan, pada hari yang buruk dengan polusi udara tinggi, level pencemarannya dapat 10 kali lipat lebih besar dibanding Los Angeles. 
 
Temuan dari penelitian ini menurut Richard masih tahap awal. Ia berharap ke depannya, akan mendapat dukungan dana untuk melakukan studi lebih besar dengan mencakup lebih banyak varian masker dan tes pada fungsi paru-paru penggunanya.
 
 
cnn/fn/radarriaunet.com