Radikalisme Mengatasnamakan Agama

Negara Harus Tegas dan Sistematis Memerangi Radikalisme

Administrator - Ahad, 06 Maret 2016 - 11:52:57 wib
Negara Harus Tegas dan Sistematis Memerangi Radikalisme
Nusron Wahid. Foto: MI/Rommy Pujianto
Jakarta (RRN) - Pemerintah diminta untuk mengambil langkah tegas dan sistematis dalam memerangi aksi radikalisme dengan mengatasnamakan agama. Terlebih, hal ini juga telah menjadi ancaman serius bagi Indonesia.
 
Ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) Nusron Wahid mengatakan PBNU siap menjadi garda terdepan dalam mencegah dan memerangi ancaman radikalisme di Indonesia. 
 
"Radikalisme adalah persoalan serius. Ini ancaman yang merusak kebangsaan dan mencoreng agama Islam yang seharusnya dipahami dan diamalkan sebagai rahmatan lil 'alamin," kata Nusron dalam acara Dialog Deradikalisasi-Bahaya Radikalisme Agama di Indonesia, di Pendopo Bupati Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (5/3/2016).
 
Saat ini, kata Nusron, sudah banyak generasi muda teracuni dengan paham keagamaan yang radikal, mereka yakin membunuh adalah bagian dari jihad. Padahal, tindakan itu salah. Mereka juga sangat merusak kebinekaan bangsa ini karena begitu mudah mengafirkan orang-orang yang tidak sepaham atau sealiran. 
 
Untuk itu, mantan ketua umum GP Ansor ini menilai peran pemerintah saat ini sangatlah penting. Pemerintah, menurut dia, harus membuat langkah tegas dalam mencegah dan memerangi paham radikalisme.
 
"Sekarang Presiden Jokowi terus menggencarkan upaya deradikalisasi, Menko Polhukam Pak Luhut (Binsar Pandjaitan) juga terus menggalang kelompok-kelompok masyarakat agar berperan aktif dalam bahu membahu dan menyampaikan informasi kepada pihak berwenang yang sifatnya menjadi ancaman dan dicurigai bisa mengarah tindakan teror. Langkah dan upaya itu harus terus dilakukan secara sistematis, tegas, sehingga bisa menjadi gerakan bersama di tengah masyarakat," ungkap dia.
 
Dalam kesempatan sama, KH Miftakhul Akhyar menilai mereka yang mengatasnamakan Islam tetapi melakukan perusakan dan tindakan teror sejatinya telah berlaku anti Islam.
 
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan PBNU dan Ansor sebagai kekuatan besar Islam di Indonesia harus terus melakukan suatu upaya bahwa Islam menonjolkan perdamaian.
 
Terkait ancaman terorisme dan paham radikalis seperti ISIS, Luhut menyebut sejumlah tokoh yang patut diwaspadai lantaran terafiliasi gerakan pro negara Islam Irak-Suriah. Tokoh tersebut yakni pendiri Jamaah Ansharul Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir dan pendiri Katibah Al Iman, Abu Husna yang keluar dari penjara Agustus 2015. Namun untuk Baasyir, sekarang lebih condong ke kelompok Al Qaeda.
 
Mengingat bahayanya ancaman tersebut, Luhut berharap semua pihak ikut mengambil langkah pencegahan teror. "Kalau masyarakat, lurah, camat, kepala desa saling memberi informasi, apalagi bekerjasama dengan intelijen, maka aksi radikalisme dan terorisme akan bisa secepatnya dicegah," kata Luhut.
 
Hadir dalam acara ini Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, Wakil Rais Aam KH Miftahul Akhyar, KH Ubaidillah Shodaqoh, dan Ketua Khatib Syuriah PBNU Yahya C Staquf.
 
AZF/ MTVN/ RRN