KAMPAR (RRN) - Anggota DPRD kabupaten Kampar Agus Chandra bersama rombongan dan kepala BPBD Kampar Irtarius meninjau lahan yang terbakar di desa Tarai Bangun kecamatan Tambang, Jumat siang kemarin.
Dalam peninjauan tersebut, anggota DPRD dari komisi II itu didampingi oleh Camat Tambang H Mulatua dan kades Tarai Bangun Andra Maistar.
Dalam kesempatan tersebut, rombongan DPRD Kampar itu meninjau lahan warga yang bekas terbakar dan menimbulkan kabut asap dan menemui beberapa anggota TNI dan Polri yang tengah bertugas memadamkan api pada lahan gambut yang terbakar.
Komandan Tim satuan tugas Pelda A Hasibuan dari Kodim 0313 Kampar kepada anggota dewan menyatakan, ada sekitar 25 hektar lahan gambut yang terbakar dan menimbulkan kabut asap di desa Tarai Bangun dan sekitarnya ini.
Dimana, kendala yang dihadapinya adalah lahan itu jauh dari sumber air, dan akses jalan yang terbatas dan gambut sehingga menyulitkan kendaraan untuk melakukan pemadaman.
"Ada sekitar 25 hektar lahan yang terbakar dan menimbulkan kabut asap, dimana lahan tersebut jauh dari sumber air dan akses jalan yang terbatas," terang Pelda A Hasibuan.
Dikatakan A Hasibuan, untuk meminimalisir kabut asap di Tarai Bangun, TNI dan Polri melakukan pemutusan jalur rembesan api pada lahan gambut dengan cara menggali dengan alat yang sederhana seperti cangkul dan parang serta kayu.
Kades Tarai Bangun Andra Maistar kepada rombongan menyatakan, bahwa umumnya lahan-lahan yang terbakar itu merupakan lahan tidur (kaplingan tanah), dan juga lahan yang dimanfaatkan masyarakat untuk mengambil kayu api, dan pihaknya jauh sebelumnya sudah memberikan himbauan kepada pemilik lahan untuk tidak melakukan pembakaran lahan melalui ketua-ketua RT.
Dikatakan Andra, karena sumber air yang sangat jauh dari lokasi dan akses jalan yang terbatas, maka dikhawatirkan api yang mulai padam pada lahan gambut ini akan muncul kembali kalau tidak dipadamkan secara keseluruhan.
Sementara itu, anggota DPRD Kampar Agus Chandra menyatakan, bahwa kabut asap ini merupakan bencana, sama seperti bencana alam lainnya, dan mengharapkan agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengatasi bencana kabut asap ini.
Dikatakannya, bentuk partisipasi masyarakat dalam menghadapi bencana kabut asap ini dapat dilakukan dengan cara untuk tidak menambah melakukan pembakaran apa saja yang dapat menimbulkan kabut asap, membuat sumur bor pada lahan-lahan, serta membantu pengadaan logistik seperti makanan dan minuman.
"Kita berharap masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengatasi bencana ini dengan tidak menambah melakukan pembakaran yang dapat menimbulkan kabut asap. Kita juga berharap agar masyarakat yang mempunyai lahan membuat sumur bor pada lahannya dan membantu makanan dan minuman pada petugas yang sedang bekerja," imbau Agus Chandra. (nova/fn)