Radarriau.net | Malaysia – Mesyuarat Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) ke-21 di Melaka, Malaysia, pada Minggu (19/10/2025), tidak hanya menjadi ajang penegasan tekad Asia Tenggara sebagai episentrum peradaban Islam baru, tetapi juga momentum penting peluncuran Rancangan Strategis MABIMS 2026-2030. Rencana jangka menengah ini dirancang untuk memperkuat sinergi Islam serantau yang lebih dinamis, progresif, dan berdaya saing.
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dalam sambutannya menekankan bahwa ambisi Asia Tenggara menjadi "Baitul Hikmah baru" bagi dunia Islam didasari oleh dua pilar utama: integrasi ilmu pengetahuan dan stabilitas geopolitik.
Tantangan Baru, Paradigma Baru
Menag Nasaruddin secara eksplisit menyebut bahwa sementara Timur Tengah telah sukses meletakkan fondasi keislaman, kini Asia Tenggara, dengan stabilitas politik dan ekonomi yang dimiliki, harus mengambil peran untuk memajukan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.
"Kita tidak bisa lagi memisahkan ilmu agama dan ilmu umum. Kebangkitan peradaban Islam masa depan harus berakar pada semangat integrasi keilmuan, sebagaimana yang pernah diwujudkan di Baghdad," tegas Menag. Ia menilai negara anggota MABIMS—Indonesia, Malaysia, dan Singapura—memiliki potensi besar untuk membangun sinergi keilmuan dan peradaban yang kokoh, bukan hanya berfokus pada kekuatan politik dan ekonomi.
Program 'Semanis MABIMS Seharum Serantau' Jadi Program Unggulan
Selain visi peradaban, pertemuan MABIMS ke-21 menyepakati implementasi program "Semanis MABIMS Seharum Serantau". Program ini menempatkan masjid sebagai katalisator pembangunan, mengubah fungsinya menjadi pusat pemberdayaan sosial dan ekonomi umat, melampaui peran tradisionalnya sebagai tempat ibadah semata.
Menag Indonesia membagikan sejumlah praktik baik, termasuk keberhasilan Masjid Istiqlal Jakarta yang tidak hanya ramah jamaah tetapi juga meraih sertifikasi green building (EDGE) dari International Finance Corporation (IFC) Bank Dunia, menjadikannya tempat ibadah pertama di dunia dengan pengakuan tersebut. Inovasi lingkungan seperti daur ulang air wudu untuk penyiraman tanaman dan praktik pemberdayaan ekonomi umat seperti pinjaman tanpa bunga (qardul hasan) bagi 4.450 UMKM melalui program Masjid Berdaya Berdampak (MADADA) juga menjadi fokus laporan yang menarik perhatian anggota MABIMS lainnya.
Paradigma MABIMS: Toleransi, Moderasi, dan Kemaslahatan Universal
Pertemuan ini juga menyoroti kerangka kerja keagamaan yang diusung masing-masing negara anggota sebagai paradigma bersama:
Brunei Darussalam: Memperkukuh sistem pendidikan Islam dan peran masjid sebagai pusat persatuan melalui falsafah Melayu Islam Beraja.
Malaysia: Mengedepankan pembangunan berteraskan nilai-nilai kemampanan dan kesejahteraan yang berlandaskan Maqasid Syariah melalui visi Malaysia MADANI
Singapura: Menampilkan wajah Islam inklusif, moderat, dan bersahabat di tengah masyarakat plural melalui Religious Harmony and Community Resilience Strategy.
Indonesia: Menegaskan komitmen pada Moderasi Beragama dan Trilogi Kerukunan Jilid II yang mencakup kerukunan antarmanusia, manusia dengan alam semesta, dan manusia dengan Tuhan—meneguhkan keseimbangan antara keimanan, kemanusiaan, dan lingkungan.
Menutup pidatonya, Menag Nasaruddin menekankan bahwa sinergi strategi keagamaan MABIMS harus menjadi kerangka bersama untuk memperkuat perjumpaan lintas iman dan membangun solidaritas, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk mempromosikan koeksistensi damai dan kolaborasi lintas agama. "MABIMS harus terus menjadi perekat harmoni relasi negara dan agama, sekaligus wadah memperkokoh persaudaraan Islam serantau," pungkasnya.
[]