BI Nilai Pelemahan Rupiah Akibat Ketidakpastian AS

Administrator - Jumat, 16 Februari 2018 - 00:19:00 wib
BI Nilai Pelemahan Rupiah Akibat Ketidakpastian AS
Rupiah. ANT/M N Kanwa/Mtvn

Jakarta: Bank Indonesia (BI) menyebut pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan ketidakpastian kondisi di Amerika Serikat (AS) yang mengalami perbaikan. Selain itu, suku bunga bank sentral AS atau Fed Fund Rate juga diprediksi mengalami kenaikan lebih dari tiga kali pada tahun ini sehingga mendorong penguatan dolar AS.

 

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, suku bunga AS diprediksi akan dinaikkan pada Maret, Juni, dan Desember. Nilai tukar rupiah bergerak menguat pada Januari 2018 setelah sempat mengalami tekanan pada kuartal IV 2017, namun mengalami pelemahan pada awal Februari. 

 

"Kalau menjelang Maret atau Juni nanti pasti akan terjadi volatilitas. Ini terjadi di hampir seluruh mata uang negara, juga Indonesia," kata Agus kepada awak media di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Februari 2018.

 

Dirinya menambahkan, bank sentral akan terus mewaspadai meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global dan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar agar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.

 

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan, pada Januari sebenarnya rupiah menguat terhadap dolar AS. Kemudian pada awal Februari data-data di AS menunjukkan perbaikan. Hal ini di luar prediksi pasar dan membuat ketidakstabilan kurs.

 

Menurut Mirza, sampai dengan 9 Februari 2018 lalu terjadi pelemahan nilai mata uang di negara lain terhadap dolar AS seperti Turki yang melemah sebesar 3,8 persen, Brasil yang melemah 3,34 persen, Singapura yang melemah 1,3 persen, Korea melemah 1,4 persen, dan India yang melemah 1,13 persen.

 

"Maka pelaku pasar surprise data AS. Ditambah AS menurunkan pajak, maka defisit anggaran AS akan meningkat, pasar akan lakukan adjustment. Selain itu US treasury sepuluh tahun juga bergerak dari 2,2 persen menjadi sekitar 2,8 sampai 2,9 persen dan berdampak ke kurs seluruh dunia," pungkasnya.

 

Sau/Mtvn/RR