RADAR BISNIS - -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Dolar pada pagi tadi diperdagangkan sempat tembus Rp 14.000.
Melemahnya rupiah berpotensi merugikan perusahaan yang memiliki utang atau kewajiban dalam bentuh dolar namun pemasukan dalam bentuk rupiah. Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) RJ Lino mengaku pihaknya tidak terpengaruh terhadap melemahnya rupiah. Bahkan saat ini persedian dolar perseroan sangat banyak.
Meski memiliki kewajiban dalam bentuk valuta asing, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) operator Pelabuhan Tanjung Priok ini memperoleh pemasukan dalam bentuk dolar, sebanyak 30% pendapatan perseroan berbentuk dolar.
"Kita kan revenue. Kita kan pemasukan dalam dolar juga jadi tidak terpengaruh," kata Lino usai acara bincang bareng soal pelabuhan di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/8/2015).
Pelindo II mematok menggunakan tarif pelabuhan memakai 2 mata uang, dolar dan rupiah. Meski ada juga pendapatan dalam bentuk rupiah, tarif dalam bentuk rupiah itu mengikuti pergerakan kurs dolar. Artinya, setiap waktu tarif bisa berubah mengikuti kurs.
"Pendapatan saya kan dalam dolar. Bayarnya bisa dengan rupiah, jadi Rp 14.000," ujarnya.
Lino mengaku pihaknya juga memiliki cadangan dana segar dalam bentuk dolar. Dana tersebut bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban perseroan dalam bentuk dolar yang jatuh tempo. Alhasil, Pelindo II belum membuka opsi melakukan asuransi mata uang atau hedging.
"Saya kan punya dolar banyak banget, saya baru terima US$ 265 juta. Total-total US$ 1,5 miliar. Saya (Pelindo II) masih pegang cash," ujarnya. (feb/hen/fn)