Rakyat Thailand Setujui Rancangan Konstitusi Junta Militer

Administrator - Senin, 08 Agustus 2016 - 12:46:24 wib
Rakyat Thailand Setujui Rancangan Konstitusi Junta Militer
PM Thailand Prayuth Chan-ocha ketika memilih pada referendum Ahad kemarin. cnn

RADARRIAUNET.COM - Rakyat Thailand memutuskan untuk mendukung rancangan konstitusi baru yang diajukan militer dalam referendum yang berlangsung Ahad kemarin.

Dengan 94 persen suara yang masuk, hasil awal yang dirilis oleh komisi pemilihan menunjukkan bahwa 61,4 persen rakyat Thailang menyetujui rancangan undang-undang militer, sementara hanya 37,9 persen yang menolaknya.

Hasil ini merupakan kemenangan besar bagi Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, yang melancarkan kudeta pada Mei 2014 lalu.

RUU dari militer disebut akan mengantarkan Thailand menuju pemilihan umum pada 2017 mendatang, namun pemerintah terpilih di masa datang harus memerintah dengan haluan dari militer.

Junta militer menyebut bahwa rancangan konstitusi baru buatan mereka ditujukan untuk menghentikan perpecahan di Thailand, yang dalam satu dekade lebih menyebabkan kerusuhan politik tak berujung.

Namun partai-partai politik besar dan kritikus mengatakan bahwa RUU itu hanya akan mengabadikan peran militer dalam politik Thailand.

Hasil referendum juga menjadi tamparan bagi klan Shinawatra dan sekutu mereka. Mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra digulingkan pada kudeta 2006 sedangkan adiknya Yingluck digulingkan Prayuth.

Ketua pelaksana Partai Peau yang mengantarkan Yingluck ke kursi perdana menteru, Wirot-Pao, mengatakan bahwa warga Thailand kemungkinan menyetujui RUU militer karena melihatnya sebagai jalan tercepat menuju pemilu mendatang.

“Alasan kebanyakan warga Thailand menerima konstitusi karena mereka ingin melihat pemilihan umum secepatnya,” kata Wirot-Pao. “Semua pihak sekarang harus membantu negara ini maju.”

Isu intimidasi

Junta, yang secara formal bernama Dewan Nasional untuk Perdamaian dan Ketertiban (NCPO) melarang debat soal konstitusi serta kampanye mengenai referendum. Pihak berwenang telah menahan puluhan orang yang mencoba melakukan kampanye menolak RUU, termasuk politikus dan aktivis mahasiswa.

“Itu adalah sebuah kampanye sepihak di mana junta secara tak langsung mendorong memilih ‘ya’ dan menahan atau mengintimidasi penentang referendum,” kata Paul Chambers, direktur lembaga riset Institus Hubungan Asia Tenggara di Chiang Mai. “Akibatnya, banyak yang orang yang tidak memilih sedang yang lain terpaksa memilih ‘ya’.”

Sekitar 55 persen pemilih ikut berpartisipasi, di bawah 80 persen yang diprediksi oleh komisi pemilihan.

Selain militer, pasar Thailand juga disebut menyambut hasil referendum ini.

“Hasilnya adalah skenario terbaik kami dan investor harusnya bereaksi positif karena jelas pemilu akan dilangsungkan tahun depan,” kata Kasem Prunratanamala, kepala riset di CIMB Securities. “Investor asing telah menunggu pemilihan dan bisa berinvestasi lebih sekarang.”


cnn/radarriaunet.com