RADAR HEALTH - Postingan seorang ibu di media sosial terkait anaknya yang dikatakan meninggal karena asap mendapat perhatian Kementerian Kesehatan.
Menteri Kesehatan Profesor Dr dr Nila Moeloek, SpM(K), mengatakan ia sudah mendapatkan laporan dan dari hasil pengecekan memang saat itu kondisi anak sudah tak baik.
"Kita sudah cek anak ini ternyata ada penyakit. Ada kegagalan organ karena infeksi jadi memang fisiknya sudah tak terlalu baik," kata Nila kepada media di lingkungan Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (6/10/2015).
"Mungkin juga betul bahwa dia tak mendapatkan oksigen yang cukup dalam hal ini. Kami tak tahu jelas apakah dia cepat dilarikan untuk mendapatkan pertolongan," lanjutnya.
Fisik yang lemah dan asap yang mengganggu kadar oksigen dikatakan Nila jadi faktor utama kematian bayi.
Nila menghimbau agar pemerintah daerah lebih aktif memberitahu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) agar masyarakat punya informasi kapan waktu yang aman untuk beraktivitas. Perlu diketahui ISPU di suatu tempat tak selalu tinggi dan akan selalu berubah.
"Pemerintah daerah memberitahu pada jam ini bahwa ISPU-nya sedang tinggi. Bahayanya itu 300 sampai di atas 500, tapi kalau ISPU lagi rendah di bawah 100 kita keluar enggak masalah," tutup Nila.
Kabut asap yang menggila telah membuat masyarakat resah. Anak-anak pun terpaksa mengenakan masker saat mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Tentunya hal ini tidak membuat para siswa nyaman.
Miris memang karena Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 4 Oktober 2015 lalu merilis lebih dari satu bulan hotspot di Sumsel belum juga dapat dipadamkan. 1.340 Titik panas kepung Sumatera Selatan, sehingga asap meluas.
Untuk mengatasinya, BNPB mengerahkan 7 helikopter dan pesawat water bombing, serta 1 pesawat Casa untuk hujan buatan di Sumsel. 1.594 Personel TNI dan Polri dari Jakarta pun dikirim ke Sumsel untuk memperkuat satgas darat di Sumsel. Namun langkanya awan potensial di Sumsel menyebabkan hujan buatan belum optimal.
Sementara itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sedang mengkaji perusahaan yang diduga terlibat kebakaran hutan dan lahan. Saat ini sudah ada 421 perusahaan yang sudah diintai untuk dikenakan sanksi administratif.
Kematian anak yang dikaitkan dengan bencana asap juga dilaporkan di Palangkaraya baru-baru ini. Bayi berusia 1,5 bulan di kota tersebut meninggal saat dilanda bencana asap, meski diagnosis dokter menyebut penyebab kematiannya adalah diare akut. Simak videonya di bawah ini. (fds/up/fn)