Relawan Pengatur Lalin di Tembilahan, Tak Kapok Mesti Sering Ditabrak Pengendara

Administrator - Rabu, 16 September 2015 - 10:53:09 wib
Relawan Pengatur Lalin di Tembilahan, Tak Kapok Mesti Sering Ditabrak Pengendara
Bagi Jamil menjadi relawan pengatur lalu-lintas adalah panggilan hati. Ia tak kapok mesti harus berjemur di terik mentari dan sering ditabrak pengendara./FOTO: riauterkini

TEMBILAHAN (RRN) - Sulit mencari orang yang sanggup melakoni pekerjaan ditengah siraman panas dan debu, ditambah kabut asap saat ini, serta riskan ditabrak pengguna kendaraan bermotor yang 'main serobot' di jalan. Tapi, tidak bagi Jamil (38), relawan pengatur lalu lintas di 'pasar' pinggir Jalan H Arief, Parit 10 Kelurahan Tembilahan Hulu, Kecamatan Tembilahan Hulu ini dengan sabar ia mengatur lalu lalang kendaraan bermotor dan becak yang padat sekitar pukul 09.00 sampai pukul 11.00 Wib ini, bermodalkan isyarat tangan dan tiupan pluit.


Awalnya, pria lajang ini hanya 'iseng' ikut mengatur lalu lintas di kawasan ini, karena merasa tak sampai hati melihat pengguna jalan, khusus pengendara sepeda motor harus terjebak macet cukup lama ditengah panas. Namun setelah petugas Satuan Lalu Lintas dan Dishub Inhil tidak tampak lagi berjaga di jalan ini, terutama saat jam macet. Akhirnya, pria 'gagah' ini keterusan menjalani pekerjaan sebagai pengatur lalu lintas ini.

 

"Saya turun dari rumah jam 06.30 Wib saat pedagang mulai menggelar dagangannya, kalau pagi kan jalan ini ramai orang yang pergi kerja dan anak sekolahan. Saya hanya ingin membantu agar jalan ini tidak macet," cerita Jamil kepada awak media di Kedai Kopi Inal di seberang Lorong Surau. Ia baru pulang setelah kondisi jalan tidak ramai lagi atau sekira pukul 12.00 Wib.


Menurutnya, menjalani pekerjaan ini harus sabar dan tahan banting, apalagi menghadapi pengendara kendaraan bermotor yang tak mau mengalah, termasuk mereka yang memarkir sepeda motor di atas jembatan Parit 10 yang membuat jalanan menjadi menyempit dan macet. "Harus sabar menghadapi pengendara kendaraan bermotor, apalagi yang parkir di jembatan. Tapi, saya harus tegas agar tidak macet," ujarnya. Ia mengaku sudah beberapa kali ditabrak sepeda motor dan becak saat lalu lintas sedang padat, untungnya tidak sampai mencederainya.


"Sekarang agak terbantu kalau jalanan macet, karena dibantu rekan saya si Zul," lanjutnya.


Karena merasa terbantu oleh aksi Jamil, banyak warga, khususnya pedagang yang simpati, apalagi lalu lintas jadi lancar. Bahkan, ada warga yang memberi baju, sepatu dan rompi yang dikenakannya saat 'bertugas' di lapangan.


Selama ini dia dan rekannya, Zul tidak digaji oleh pemerintah, hanya mendapatkan uang 'terima kasih' dari para pedagang yang menggelar dagangan di pinggir jalan tersebut. "Kami tidak pernah meminta bayaran, tapi para pedagang yang sukarela memberinya, dalam sehari terkadang dapat lah Rp 50 ribu,"


Seingatnya, baru satu kali selama sudah hampir setahun ini ia menjadi pengatur lalu lintas ini, mendapat 'bantuan' pribadi dari aparatur pemerintah. "Yaitu menjelang lebaran Idul Fitri lalu, uang Rp 50 ribu dan minuman kaleng satu kis," imbuhnya.


Sosok seperti Jamil ini, seharusnya menjadi contoh bagi warga lainnya agar memiliki kepedulian dan empati bagi kepentingan untuk kepentingan orang banyak, apalagi bagi aparatur pemerintahan yang mengemban amanah sebagai abdi negara dan masyarakat, agar bertugas dengan baik, apalagi mereka digaji oleh rakyat (negara). (teu/rtc)