Dampak Virus Corona, Pariwisata RI Rugi hingga 500 Juta Dollar AS

Administrator - Rabu, 26 Februari 2020 - 10:22:34 wib
Dampak Virus Corona, Pariwisata RI Rugi hingga 500 Juta Dollar AS
Salahsatu destinasi wisata di Riau. foto lancangkuning

RADARRIAUNET.COM: Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kerugian yang dialami sektor pariwisata akibat mewabahnya virus corona mencapai 500 juta dollar AS atau setara Rp 7 triliun.

"Data dari BI, bidang pariwisata 500 juta dollar AS per bulan kerugiannya," katanya di Jakarta, Selasa (25/2) dikutip dari Kompas.com.

Bila dibandingkan negara lain, lanjut Luhut, wisatawan mancanegara asal China yang berkunjung ke Indonesia hanya mencapai 2 juta pengunjung. Namun, nilai devisanya cukup berarti bagi RI.

Luhut juga menyebutkan, kehadiran wisatawan mancanegara (wisman) asal China secara global mencapai 173 juta orang. Angka tersebut setara 270 miliar dollar AS atau Rp 3.753 triliun.

"Secara global, kira-kira sama dengan 270 miliar dollar AS. Indonesia itu hanya kebagian 2 juta. Itu sudah pada ribut," katanya.

Menurut Luhut, adanya kehadiran para turis memberikan dampak positif yang luar biasa terhadap pedagang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). "Padahal, dampak pada turis ini pada pekerjaan kecil-kecil itu sangat luar biasa," katanya.

Skema insentif bagi sektor pariwisata akibat dampak virus corona akan ditetapkan dan diumumkan hari ini, Selasa (25/2). Penetapan dan pengumuman akan dilakukan setelah rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo.

Hal itu dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio seusai Rapat Koordinasi di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin (24/2).

Rapat tersebut membahas tentang stimulus sektor pariwisata, stimulus perumahan dan sembako, serta laporan perkembangan implementasi kebijakan avtur.

Bisnis Travel Babak Belur

Mewabahnya virus corona atau Covid-19 di China sejak akhir tahun lalu membuat industri pariwisata sangat terpukul. Usaha jasa biro perjalanan atau agen travel jadi salah satu yang terimbas cukup signifikan.

Ticketing Manager KIA Tours Arya Pranata mengatakan, upaya promosi tak terlalu berpengaruh signifikan pada penurunan paket wisata ke Negeri Tirai Bambu.

"Promo itu sama sekali enggak mengangkat. Orang khawatir dengan virus sejak merebak pada Tahun Baru China. Banyak tur grup dibatalkan," kata Arya seperti dikutip harian Kompas, Selasa (25/2).

Dia mencontohkan, paket wisata Asia selama delapan hari ke tujuan seperti Shanghai dan Beijing yang ditawarkan dengan harga Rp 20 juta dan bisa dicicil masih sepi peminat.

Kondisi ini tentu berbeda dengan tahun lalu, di mana paket wisata ke China selalu banyak peminat. Promosi besar-besaran di Pameran Astindo Travel selama 21-23 Februari 2020 juga tak banyak membantu. Padahal, tahun 2019, paket wisata ke China jadi program tur yang laku keras.

Banyak pelancong Indonesia yang saat ini mengalihkan tujuan wisata luar negerinya ke Jepang, Korea, dan Eropa. Biro Perjalanan Aviatour memperkirakan, sepinya peminat tur ke China dapat menurunkan volume transaksi di pameran. Pada 2019, volume transaksi penjualan tiket dan paket wisata mereka Rp 10 miliar. Tahun ini, volume transaksi diprediksi sulit mencapai Rp 5 miliar.

"Sekarang kami sebenarnya menjual paket ke China untuk April dan bulan-bulan berikutnya. Peminat ada, tetapi masih hati-hati,” kata Susanto dari bagian pemasaran Aviatour.

Satu per satu maskapai membatalkan jadwal penerbangan dari dan ke China menyusul wabah virus corona yang belum teratasi. Menurut data dari perusahaan konsultan penerbangan Cirium, lebih dari 54.011 penerbangan atau 28 persen dari penerbangan terjadwal dari dan ke China antara tanggal 23 Januari sampai 4 Februari 2020 dibatalkan.

Adapun 14 persen di antaranya merupakan penerbangan terjadwal internasional. Melansir CNBC, jumlah permintaan penerbangan juga menunjukkan penurunan yang cukup tajam setelah Pemerintah China mengambil langkah untuk mengisolasi China agar wabah yang menewaskan 565 orang tidak semakin menyebar.

Sebelum penetapan larangan terbang, ada lebih dari 165.000 penerbangan terjadwal yang masuk dan keluar dari China antara 29 Januari dan 28 Maret 2020.

Dengan pembatasan penerbangan, maka secara otomatis akan mengurangi sebanyak 27 juta pelancong. Keputusan ini memang memukul industri transportasi penerbangan China besar-besaran pada kuartal pertama 2020 ini.

Maskapai dari puluhan negara juga membatalkan penerbangan ke China dan Hong Kong. Hal ini dinilai akan menurunkan pendapatan maskapai penerbangan tahun 2020 dan berdampak pada industri pendukung lain, seperti hotel, ritel, dan pariwisata.

"Beberapa orang lebih suka tinggal di rumah karena virusnya," kata Cindy Guo dari Top Travel International.

 

RR/kps/zet