Bank Riau Kepri Siapkan Diri Menuju Arus Globalisasi

Administrator - Sabtu, 25 Juni 2016 - 18:04:51 wib
Bank Riau Kepri Siapkan Diri Menuju Arus Globalisasi
Dok: Bank Riau Kepri.
Advertorial Bank Riau Kepri - Bank Riau Kepri adalah bank milik daerah Provinsi Riau. Atau sering disebut dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Bank ini berdiri dan secara resmi memulai operasionalnya sejak 1 April 1966, dengan nama Bank Pembangunan Daerah (BPD).
 
Bank yang menjadi kebanggan masyarakat Riau itu, seiring dengan waktu mengalami banyak perubahan, diantaranya dari status Perusahaan Daerah (PD), berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), pada tahun 2002.
 
Dengan kebijakan para pemegang saham, Bank Pembangunan Daerah Provinsi Riau (BPD) dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) 26 April 2010, mengubah namanya, menjadi Bank Riau Kepri. Alasan perubahan ini tidak dijelaskan secara terinci, namun dari sifat kata dalam kalimatnya, dapat kita asumsikan bahwa hal itu memiliki arti berkembang menjadi 2 provinsi.
 
Bank Riau Kepri memang sudah dikenal oleh masyarakat Riau, disamping bank-bank yang lain di Riau, namun tingkat popularitasnya di masyarakat luas khususnya provinsi riau, sedikit kurang, di karenakan saat itu bank ini lebih terkonsentrasi pada pengelolaan dana pemerintah Provinsi Riau.
 
Namun belakangan ini bank riau kepri terasa sedikit berbeda, dengan seiring bergantinya pemimpin ditingkat direksi, maka dengan sendirinya berbeda pula cara memimpin dan sistem manajerial yang diperankan, sehingga posisi direksi pada pengelolaan sebuah bank, sangat menentukan tingkat performance bank tersebut.
 
Dalam hal ini, perlulah diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat provinsi riau, bahwa bank riau kepri, yang saat ini dipimpin oleh seorang putra riau asli, yaitu Irvandi Gustari. Irvandi Gustari adalah seorang ekonom alumnus universitas parahyangan tahun 1989, diteruskan dengan penyelesaian pendidikan MBA-nya tahun 1991 dengan predikat "Cum Laude" dari Sekolah bisnis manejemen Jakarta, dan yang terakhir Irvan juga sukses menyelesaikan pendidikan Doktoralnya, dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor pada tahun 2012 dengan konsentrasi pada Change Management dengan predikat "Summa Cum Laude "dengan nilai IPK (3,9).
 
Setelah Bank riau kepri ditangan dingin Irvan, kini keadaan semakin memperlihatkan denyut nadi yang lebih kencang. Disebut lebih kencang karena sekalipun saat ini keadaan bank-bank secara umum mengalami kelesuan, namun pada situasi yang sama, Bank riau kepri justru mampu membukukan pertumbuhan mencapai Rp 500 Miliyar pada awal bulan ramadhan ini.
 
Kenyataan ini menunjukkan adanya sinyal yang positif dari berbagai pihak, termasuk masyarakat riau, yang mana pada pertumbuhan itu terjadi justru dari segi consumer, dalam hal ini bersifat konsumtif, bukan investasi. Keadaan permodalan pihak Bank riau saat ini memang terasa menurun, karena seiring menurunya volume pemasukan keuangan pemerintah, namun tidaklah demikian pada keuangan masyarakat. Permintaan dari segi consumer terus meningkat, seperti belanja kebutuhan sekolah, lebaran, kendaraan dan rumah hunian.
 
Bertolak dari tingkat kepercayaan masyarakat riau terhadap bank riau kepri, moment itu menjadi peluang besar bagi bank riau kepri untuk berbenah diri agar dapat menjadi bank kebanggaan dan kekuatan ekonomi masyarakat riau nantinya. Dalam upaya itu, lebih realistis lagi, dimana saat ini bank riau kepri mendapat kepercayaan dari pemerintah republik Indonesia dengan terpilihnya bank riau kepri sebagai salah satu penyelenggara program KUR yang baru di louncing baru-baru ini.
 
Hal itu tidak terlepas dari upaya bank riau melalui pembenahan pada manajemennya, sehingga kepercayaan itu tidak begitu saja melekat pada bank riau, tetapi tidak terlepas dari predikat atau rating "A" yang diraih dari dunia perbank-kan.
 
Bermodalkan reputasi dan rating "A" yang diraih dari otoritas perbank kan, saat ini bank riau kepri punya kans dan kesempatan besar untuk semakin berkembang. Selain modal saham yang harus dipercepat peningkatanya saat ini, bank riau kepri kini dengan reputasi terbaiknya, merasa layak untuk berkiprah di tingkat yang lebih tinggi.
 
Terbang ke langit yang lebih tinggi, begitulah pepatah yang lebih cocok untuk sebuah mimpi bank riau kepri saat ini. Mengapa tidak, sebab kesempatan itu telah diambang pintu. Maksudnya adalah, dengan begitu banyaknya program pembangunan provinsi riau, hampir disemua sektor, seperti proyek jalan, jalan tol, jembatan, kereta api, yang dikemas dengan nama trans sumatera, menjadi moment penting untuk bisa turut meraih kesempatan itu.
 
Terkait dengan harapan dan mimpi itu, yang harus difikirkan adalah, bagaimana mempersiapkan diri secara matang, profesional, dan memiliki SDM yang handal dan punya performance yang baik. Untuk menjawab hal itulah, sehingga Irvan Gustari sebagai Direktur utama Bank Riau Kepri, merasa perlu menggandeng para ahli dibidang pengembangan bank.
 
Keininginan itupun tercapai dan sukses, dimana Irvan Gustari telah mengundang seorang tokoh ekonom Indonesia dan analis perbank-kan khusunya bidang obligasi dan Ipo, Prof. DR. Alder Manurung baru-baru ini, yang dilaksanakan di Hotel pangeran Pekanbaru. Dalam program workshop ini, ada banyak hal yang dipaparkan dan di jelaskan secara detail terkait obligasi dan Ipo.
 
Adapun salah satu poin penting dalam worksop ini, ialah menyangkut obligasi yang menurut Alder, wajib hukumnya bila ingin bermimpi menjadi besar. Menurut Alder, bank yang sehat dan punya akses keuangan yang baik adalah sebaiknya segera menerbitkan obligasi. Alasanyanya adalah, sebab dana para pemegang saham pihak ketiga itu tidak dapat diandalkan dalam waktu yang relatif panjang. Jadi, menurutnya jika ingin berkembang, dan go publik (Tbk), harus terbitkan obligasi.
 
Dalam kesempatan workshop ini, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman juga turut hadir dan sesekali mengangguk-anggukkan kepalanya dan terlihat focus saat mendengar pemaparan Alder yang memang terdengar praktis dan sederhana itu. Diakhir acara, gubri juga sangat mendukung opsi yang diambil Irvan ini. Menurut gubri, melihat kenyataan dunia perekonomian dan persaingan bisnis, di era globalisasi dan MEA ini, hal itu mutlak harus dilakukan oleh bank riau kepri.
 
Tidak lama lagi bank riau kepri akan naik to nekt level. Setidaknya begitulah harapan dan target yang dipasang Irvan. Sebab sebelum tiba pada keadaan yang diharapkan, perlu 2 tahun untuk mempersiapkan segalanya. Menurut Irvan, hasil dari workshop ini lebih menekankan pada penyatuan pandangan pada semua stekholder bank riau kepri. Kedepan dalam waktu dekat ini, pihaknya akan melakukan sosialisasi dan evaluasi ke internal, karena menjadi perusahaan yang go publik menurut Irvan harus perlu penataan SDM dan perubahan budaya diantara para pemegang saham.
 
Prinsip keterbukaan adalah merupakan tolok ukur yang harus dipahami betul oleh para pemegang saham. Undang-undang keterbukaan menjadikan semuanya akan menjadi transparan dan kerja profesional. Sebab menurut Irvan, jika nanti bank riau kepri sudah berada pada kesetaraan dengan bank-bank besar lainya, tidak tertutup kemungkinan para investor lain akan berdatangan menanamkan sahamnya 5 sampai 10%, artinya para pihak lain itu pastinya akan menempatkan perwakilannya atau komisarisnya di bank riau, dan itu akan mengubah mindset dan cara pandang seluruh jajaran dan pemegang saham internal bank.
 
Untuk itulah, dalam menggapai mimpi dan cita-cita bank riau ini, Irvan sangat membutuhkan dukungan penuh dari seluruh masyarakat provinsi riau. Sebab menurutnya  tidak ada lagi pembangunan apapun yang akan sukses jika tidak bersama rakyat. Saat ini Bank riau kepri telah menyusun berbagai langkah inovasinya untuk dapat meraih perhatian masyarakat riau. Program yang berbasis ekonomi kerakyatan telah digagas dan akan segera disosialisasikan. Masyarakat tidak perlu ragu lagi berdeposito atau berinvestasi dan menanamkan modalnya di bank riau kepri. Bank riau kepri akan menawarkan banyak kemudahan kepada masyarakat. Bank riau kepri juga menyediakan keuntungan besar bagi masyarakat yang bersedia menanamkan modalnya, karena dengan menanamkan modal, bank riau kepri akan  memberikan bunga sebesar 23% pertahun.
 
Oleh: Feri Sibarani, STP.