Kecanduan Seks Lebih Menyakitkan Pasangan

Administrator - Rabu, 04 November 2015 - 13:37:50 wib
Kecanduan Seks Lebih Menyakitkan Pasangan
FOTO: cnnindonesia

RADAR HEALTH - Pengkhianatan, ketidaksetiaan, rasa malu sering menghinggapi kehidupan sudah menjadi bagian dari pernikahan Rachel selama delapan tahun pernikahannya. Namun masalah sebenarnya baru diketahui  Rachel saat suaminya mulai terlihat tak berminat akan seks.

“Dia selalu pergi ke tempat tidur di waktu yang sangat larut dan selalu mengelak tiap kali saya ingin mengajaknya bicara tentang hal itu,” kata Rachel yang kini berusia 41 tahun.

“Lalu ketika suatu kali kami duduk bersama dan dia mengatakan sebenarnya dia mengidap kecanduan akan seks, saya benar-benar tertawa,” kata Rachel.

Tawa Rachel terhenti jadi tangisan saat suaminya menjelaskan bahwa tiap malam si suami selalu menonton pornografi selama beberapa jam dan sering kali menuntaskannya dengan perselingkuhan-perselingkuhan jangka pendek. “Hidup saya terasa hancur berkeping-keping,” kata Rachel.

“Kecanduan akan seks bisa menyakiti pasangan lebih dari kecanduan jenis apapun yang ada,” kata Paula Hall, penulis buku Sex Addiction: The Partner’s Perspective seperti dikutip Independent.

Hall percaya bahwa banyak pasangan di seantero Inggris — tempatnya meneliti — yang sedang berjuang untuk mengatasi efek dari kecanduan seks ini. Yakni: pengkhianatan, ketidaksetiaan, penipuan dan rasa malu.

“Kecanduan seks akan secara ekstrem terasa personal ketika pelakunya adalah pasangan Anda sendiri. Karena ini menyangkut segala hal yang paling intim dalam hubungan Anda dibanding, katakanlah alkohol atau obat terlarang,” kata Hall.

“Saya bisa menghadapi masalah kecanduan judi atau alkohol — apapun, tapi jangan yang ini,” kata Rachel. Seperti sebagian besar pasangan, Rachel pada awalnya juga tak bisa memahami konsep kecanduan seks. “Kedengarannya kok seperti alasan yang lemah untuk sebuah perselingkuhan.”

Lalu bahkan ketika Rachel sampai pada titik percaya bahwa kecanduan suaminya memang sesuatu yang bersifat kompulsif, teman-temannya tidak demikian. “Mereka menatap saya dengan pandangan prihatin dan bertanya sejak kapan gairah seksual jadi seperti monster yang tak bisa dikendalikan. Saya merasa terisolasi.”

Teman-teman Rachel mungkin tidak salah juga. Selama ini masih ada perdebatan tentang apakah istilah kecanduan seks memang akurat secara ilmiah.

Namun dalam dunia penelitian akan kecanduan, ilmunya sangat cepat berubah sehingga bukan saja sebuah bahan atau substansi atau zat tertentu yang bisa membuat orang kecanduan. Tapi juga bisa berupa gejala psikologis. Sehingga NHS Inggrispun memasukkan data tentang masalah ini pula.

“Kecanduan seks bisa melibatkan pasangan, namun bisa pula melibatkan aktivitas seperti menonton pornografi, masturbasi, mengunjungi tempat prostitusi atau menggunakan percakapan seks via telepon,” demikian penjelasan NHS. Lembaga kesehatan di Inggris itu juga menyebutkan meski sebagian besar orang dengan kebiasaan itu tidak menyebabkan masalah, pada pecandu seks tak bisa mengendalikan gairahnya.

Penyebab kecanduan bisa lebih rumit lagi, meski pada sebagian besar pengidap menurut Hall adalah sesederhana adanya kesempatan. “Realitas dunia barat saat ini adalah Anda bisa dengan mudah menemukan apapun yang Anda inginkan dengan mudah,” katanya.

Secara tradisional biasanya pasangan dari orang yang kecanduan seks diperlakukan sebagai orang yang tidak mandiri. “Anggapannya pasangan pengidap tahu pada tahap tertentu tentang apa yang terjadi dan membiarkan hal itu terjadi, ini adalah pelecehan. Faktanya yang saya lihat pasangan pengidap biasanya mengalami syok yang fenomenal begitu tahu,” kata Hall.

Pasangan pengidap biasanya akan mengalami kerusakan citra diri, yang bukan hanya karena perilaku seksualnya tapi juga kunjungan ke prostitusi. Ini adalah fakta yang harus mereka hadapi tapi sebelumnya tidak mereka ketahui.

“Para pria ini — karena biasanya lebih banyak pria — terlihat sebagai pria yang penuh cinta, tapi mereka melakukan kecanduan itu dibelakang para istri hingga sulit dipercaya,” katanya.

•    
Tak heran pasangan pengidap sering mengalami trauma, depresi, kecemasan, serangan panik, kemarahan dan bahkan kehilangan orientasi. Seorang wanita pebisnis yang ditolong Hall saat mengetahui suaminya mengidap kecanduan seks tiba-tiba berteriak-teriak tak terkendali dan merasa dirinyalah yang aneh.

Karenanya Hall menyarankan tak hanya pecandu, pasangan pecandu juga harus mendapatkan terapi sendiri. Bagaimana agar mereka memahami kecanduan seks, mengapa mereka terluka, bagaimana memperbaiki kerusakan dan terakhir membantu pasangan mereka untuk pulih.

Hall melakukan hal itu, selain menangani sang pecandu biasanya dia juga akan memberi terapi pada pasangannya. Demikian pula Joy Rosedale, terapis kecanduan seks yang berspesialisasi pada penanganan pasangan sejak tahun 2005 berdasarkan pengalamannya pribadi.

“Meski biasanya para pasangan pecandu ini enggan untuk minta bantuan, apalagi dalam bentuk diskusi kelompok karena perkara privasi dan rasa malu, nyatanya dalam kelompok ini para wanita itu terbebaskan,” kata Rosendale.

Berdasarkan pengalaman Rosendale, wanita pasangan pecandu seks biasanya merasa diri tak berharga, tak cukup baik sampai merasa suami mereka tak menginginkan diri mereka. Namun begitu mereka bisa memahami kondisi sebenarnya mereka bisa membantu pasangan mereka.

Penelitian kecil-kecilan yang dilakukan Rosendale menyebut  satu dari tiga pasangan yang mencari bantuan atas masalah kecanduan seks biasanya akan pulih, sepertiga yang lain akan meninggalkan pasangan yang kecanduan seks dan sepertiga lainnya akan mencoba bertahan dalam kondisi menyakitkan itu. (utw/utw/fn)