RADAR HEALTH - Angular cheilitis atau bibir berengan terjadi ketika muncul peradangan di sudut bibir. Meski pada dasarnya angular cheilitis disebabkan karena penumpukan liur di mulut lalu terjadi infeksi, beberapa orang nyatanya lebih rentan mengalami kondisi ini.
dr Radityo Anugrah SpKK dari Bamed Skin Care mengatakan, orang lanjut usia yang umumnya sudah kehilangan banyak gigi rentan mengalami kondisi ini. Ditambah lagi, dengan imunitas tubuh seseorang yang cenderung menurun seiring bertambahnya usia membuat indeksi mudah terjadi.
"Mereka yang giginya ompong kan seringnya mingkem tuh. Nah, akan terjadi oklusi air liur, air liur mengumpul di ujung bibir. Saat air liur ngumpul di ujung bibir, terjadi kontak dengan jamur atau bakteri dibarengi dengan imunitas yang kurang baik, maka terjadilah angular chelitis," terang dr Radit, dalam perbincangan dengan awak media dan ditulis pada Kamis (22/10/2015).
Kemudian, mereka yang rentan terkena angular cheilitis yakni orang yang kekurangan gizi, dalam artian mereka tidak mengasup cukup makanan bergizi hingga imunitasnya menurun. Kemudian, orang-orang yang menggunakan gigi palsu.
Dijelaskan dr Radit, penggunaan gigi palsu prinsipnya sama dengan orang ompong, yakni meningkatkan jumlah air ludah di dalam mulut. Kemudian, angular cheilitis rentan juga dialami orang dengan penyakit yang bisa menurunkan imunitasnya. Lalu, pastinya orang dengan kebiasaan menjilati bibir, mengemut bibir, atau mengemut ujung pulpen.
Dikutip dari ncbi.nlm.nih.gov, dr Benjamin Barankin, MD FRCPC, FAAD dari Toronto Dermatology Centre menuturkan meski jarang, angular cheilitis bisa juga terjadi pada ibu hamil dan anak-anak. Pada ibu hamil, kondisi ini bisa terjadi akibat seringnya morning sickness yang dialami ibu.
"Ketika ibu sering muntah, maka terjadi oklusi air liur di dalam mulut termasuk di ujung bibir. Sehingga, ada risiko terjadinya angular cheilitis. Sedangkan pada anak, akumulasi liur di sudut bibir sering terjadi jika mereka tidur ngiler. Namun, dengan penanganan tepat, angular cheilitis bisa disembuhkan dengan cepat," tutur dr Barankin. (rdn/up/fn)