Radarriaunet | Kampar– Program “Desa Energi Berdikari” yang diwujudkan oleh tim Sobat Bumi Universitas Islam Riau (UIR) di Desa Hang Tuah, Kampar, telah memicu perubahan yang jauh lebih dalam daripada sekadar penghematan biaya listrik. Proyek ini berhasil mentransformasi pola pikir masyarakat dari sekadar produsen lele menjadi komunitas yang sadar energi bersih, mandiri secara finansial, dan berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Koordinator tim, Fajrio Dwi Rahmalam, menegaskan bahwa keberhasilan terbesar program ini adalah dalam menanamkan budaya baru yang berkelanjutan..
Membuka Mata Masyarakat Terhadap Potensi PLTS
Sebelumnya, tingginya biaya listrik menjadi beban yang dianggap tak terhindarkan. Ketergantungan pada sumber konvensional membatasi impian para pelaku UMKM.
Perubahan Perspektif: Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hybrid bukan hanya menyediakan listrik murah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat edukasi praktis. Masyarakat kini menyaksikan langsung bagaimana energi dari matahari dapat menjamin operasional vital mereka (seperti freezer untuk olahan lele) tanpa harus khawatir tagihan membengkak.
Mendorong Inisiatif: Perubahan ini mendorong warga untuk lebih aware terhadap potensi energi terbarukan di sektor lain, memicu diskusi tentang bagaimana teknologi serupa dapat diterapkan pada sektor rumah tangga atau irigasi kolam lele mereka, menciptakan masyarakat yang lebih adaptif dan inovatif.
Penanaman 100 Pohon: Menghadirkan Identitas Desa Hijau
Aspek lingkungan menjadi inti dari transformasi sosial di Hang Tuah. Aksi penanaman 100 pohon trambesi dan buah-buahan menjadi momentum untuk mengikat komunitas dalam komitmen kolektif..
Penyerapan Karbon: Pemilihan pohon trambesi, yang dikenal memiliki daya serap emisi karbon tinggi, secara simbolis menjadi wujud komitmen desa dalam mitigasi perubahan iklim dan menciptakan citra desa yang bertanggung jawab..
Edukasi dan Komitmen Jangka Panjang: Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif warga, menanamkan budaya sadar lingkungan dan kesadaran akan pentingnya tutupan vegetasi untuk kualitas hidup. Harapannya, generasi muda Desa Hang Tuah akan mewarisi mindset bahwa pengembangan ekonomi harus sejalan dengan kelestarian alam.
Nilai Jual Baru: Identitas"desa hijau"yang dicanangkan melalui penanaman pohon ini memberikan nilai tambah bagi produk olahan lele mereka di pasar, menjadikannya produk yang tidak hanya higienis tetapi juga ramah lingkungan.
Program ini juga berfungsi sebagai katalisator untuk peningkatan kapasitas sosial masyarakat:
Sinergi UMKM: Pendampingan dalam branding, pengurusan legalitas, dan standarisasi produk olahan lele (nugget dan kerupuk) memperkuat ikatan kolaboratif antar-pelaku UMKM, mengubah persaingan menjadi kerja sama.
Kepercayaan Diri: Produk yang kini tampil dengan kemasan dan merek yang profesional menumbuhkan rasa bangga dan kepercayaan diri di kalangan warga desa, yang sebelumnya merasa produk mereka kalah bersaing di pasar modern..
Desa Hang Tuah kini berdiri sebagai bukti bahwa kolaborasi antara akademisi (UIR), sektor swasta (Pertamina Foundation), dan masyarakat dapat menghasilkan model pembangunan yang secara simultan mengatasi kendala energi, memajukan ekonomi, dan membangun kesadaran lingkungan yang berkelanjutan.
]]