Lagi, Anak Gajah Terjerat di Areal HTI PT AA

Administrator - Selasa, 28 Januari 2020 - 13:47:13 wib
Lagi, Anak Gajah Terjerat di Areal HTI PT AA
Petugas berusaha melepaskan jerat dari kaki gajah sumatera liar di konsesi PT Arara Abadi di Bengkalis, Riau, Minggu. foto dok bksdariau

RADARRIAUNET.COM: Tim gabungan menyelamatkan seekor anak gajah sumatera liar dari jerat atau perangkap di konsesi hutan tanaman industri PT Arara Abadi (AA), di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Berdasarkan catatan Harian Radar Riau, gajah liar yang terjerat di areal HTI konsesi perusahaan ini merupakan yang kesekian kalinya terjadi di daerah ini.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono di Pekanbaru, Senin mengatakan lokasi gajah terjerat tepatnya di konsesi PT Arara Abadi Kilometer 45 Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis. Proses penyelamatan cukup menegangkan karena tidak jauh dari lokasi itu ada puluhan ekor gajah yang merupakan kelompok dari gajah yang terjerat.

"Temuan gajah terjerat pertama kali terpantau dan dilaporkan oleh pihak perusahaan kepada Balai Besar KSDA Riau sekitar tanggal 21 Januari 2020," katanya dikutip dari antaranews, Senin (27/1).

Ia mengatakan proses penyelamatan dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari BBKSDA Riau, Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (YTNTN), Forum Konservasi Leuser, PT. Arara Abadi dan sukarelawan pemerhati gajah Riau.

"Tim segera turun dan melakukan penelusuran. Selama beberapa hari pemantauan dilakukan, akhirnya pada hari Minggu, 26 Januari 2020 tim berhasil melakukan penembakan bius terhadap satwa tambun tersebut," katanya.

Ia mengatakan gajah tersebut diidentifikasi berkelamin jantan, berumur sekitar 4-5 tahun, dengan berat berkisar 600 kilogram. Gajah malang itu terkena jerat tali nilon di kaki kanan depannya.

Kemudian tim segera melakukan pelepasan jerat nilon dan tindakan medis sesuai kebutuhan pengobatan dan proses tersebut selesai dikerjakan pada Minggu (26/1) pukul 20.45 WIB.

Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati mengatakan tidak dilakukan evakuasi terhadap gajah tersebut. Sebabnya, kelompok gajah liar berada tidak jauh dari lokasi dan seperti menunggu anak gajah yang terjerat tersebut.

"Pada saat pengobatan, kawanan gajah tersebut masih berada di sekitarnya. Jadi langsung berkumpul dengan kawanannya," kata Dian.

Konsesi perusahaan kuat dugaan merupakan bagian dari wilayah jelajah bagi gajah sumatera (elephas maximus sumatrensis). Ini adalah ketiga kalinya anak gajah terkena jerat di kawasan konsesi Arara Abadi pada kurun waktu 2019-2020.

Dipasang kalung GPS

Sementara itu Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau bersama sejumlah lembaga konservasi sukses memasang kalung GPS (Global Positioning System) terhadap gajah sumatera liar.

"Semoga langkah ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga permasalahan konflik antara manusia dan satwa liar dapat diminimalkandi Provinsi Riau," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono di Pekanbaru, pekan lalu.

Ia mengatakan pemasangan kalung GPS dilakukan terhadap seekor gajah sumatera (elephas maximus sumatranus) yang merupakan kelompok gajah Petapahan. Kawanan gajah tersebut memiliki wilayah jelajah atau "homerange" di sekitar daerah Minas dan sekitarnya.

Tim yang memasang kalung kepada gajah bongsor tersebut terdiri dari BBKSDA Riau, KPH Tahura Minas, Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (YTNTN), Forum Konservasi Leuser (drh. Anhar) dan sukarelawan.

"Seperti diketahui, kelompok ini wilayah jelajahnya sering bersinggungan dengan pemukiman penduduk terutama di Desa Bencah Kelubi, Karya Indah dan sekitarnya," ujar Suharyono.

Untuk memantau pergerakan Gajah agar tidak mendekati perkampungan, maka perlu dicari cara untuk melakukan pencegahan. Dengan melakukan pemasangan kalung GPS tersebut, lanjutnya, pergerakan gajah liar bersama kelompoknya dapat terpantau sehingga meminimalisir konflik dan kerugian material di pemukiman penduduk.

Sebelum kelompok Gajah tersebut mendekati pemukiman, personel BBKSDA Riau dengan dibantu Tim pencegahan dan penanggulangan konflik Satwa liar tingkat masyarakat yang telah dibentuk, akan segera menggiringnya menjauh dari pemukiman penduduk untuk masuk kembali ke hutan.

Pemasangan kalung GPS tersebut merupakan pemasangan awal yang akan diikuti dengan pemasangan lainnya terhadap kelompok gajah yang lain.

"Sehingga seluruh kelompok gajah dapat dipasang 'GPS Collar' untuk memudahkan kita melakukan pemantauan," demikian Suharyono.

 

RR/ant/zet