MANADO (RRN) - Masyarakat Suku Bantik di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu, menggelar festival adat memperingati 66 tahun wafatnya pahlawan nasional Robert Wolter Monginsidi.
"Festival Bantik merupakan acara rutin tahunan yang digelar mempertemukan 11 kampung anak Suku Bantik di Sulawesi Utara supaya tetap ingat dengan persaudaraan," kata Wakil Wali Kota Manado, Harley Mangindaan, pada perayaan tersebut.
Mangindaan mengatakan, dalam pertemuan yang memperingati hari wafatnya Robert Wolter Monginsidi di Makassar, semua masyarakat keturunan suku Bantik serta warga Sulawesi Utara diajak untuk mengenang semangat patriotik pahlawan nasional tersebut.
"Apa yang dilakukan oleh Robert Monginsidi harus diteladani, bagaimana dia yang masih berusia muda, berani melawan penjajah, padahal di Makassar dia pergi untuk bersekolah, sampai akhirnya mengembuskan napas di tangan regu tembak, di Makassar pada 5 September 1949," katanya.
Dia mengingatkan, keteladanan seorang Monginsidi harus menjadi penyemangat bagi masyarakat dalam menjaga persatuan dan kesatuan serta kekompakan untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan fisik maupun mental.
Mangindaan juga mengingatkan 11 kampung suku anak Bantik untuk terus ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan menjadikan festival tahunan tersebut sebagai agenda wisata untuk menarik pelancong dari luar Manado berkunjung sekaligus mengingat jiwa dan semangat perjuangan pahlawan muda asal Sulawesi Utara tersebut.
Mangindaan juga mengatakan, ke depannya, festival tahunan budaya Bantik tersebut akan mendapatkan sentuhan dan dukungan dari pemerintah sehingga akan menjadi makin meriah, tanpa meninggalkan tujuan utamanya menjaga persatuan, kesatuan, dan kekompakan dari seluruh masyarakatnya.
Festival budaya Bantik tersebut juga diisi dengan peragaan tari-tarian khas suku tersebut, yakni mahamba serta cakalele, yang berlokasi di lapangan Bantik Malalayang dan dihadiri ribuan warga.
Salah satu keturunan keluarga Monginsidi bernama Erick mengatakan, peringatan tersebut menjadi sebuah kebanggaan bagi mereka karena menjadi saat penghormatan bagi pahlawan asal suku Bantik tersebut.
"Ke depannya, kami berharap akan mendapatkan dukungan pemerintah yang lebih sehingga gaungnya bisa didengarkan sampai di luar daerah Sulawesi Utara dan dapat menarik wisatawan untuk mendatangkan devisa bagi Manado," katanya. (kps/fn)