1 Menit saja, Helikopter Bom Air di Riau Butuh Biaya Rp2 Juta

Administrator - Kamis, 03 September 2015 - 13:21:42 wib
1 Menit saja, Helikopter Bom Air di Riau Butuh Biaya Rp2 Juta
foto:detik.com

PEKANBARU (RRN) - Upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di Provinsi Riau ternyata memerlukan biaya sangat mahal. Kenapa tidak, untuk operasional terbang helikopter bom air saja butuh biaya Rp2 juta permenitnya. Jika di Riau ada tiga helikopter bom air, maka dalam satu hari operasional terbang bisa mengeluarkan biaya Ratusan Juta Rupiah.

Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsekal Pertama (Marsma) Henri Alfiandi, Selasa (1/9/2015) mengatakan, mahalnya biaya operasi bom air tersebut karena alat dan sistemnya sangat rumit. Bahkan pilotnya juga melibatkan pihak asing. "Satu menit itu biayanya sekitar Rp2 juta. Kalau sekali sortie (pengeboman air) bisa memakan waktu sekian jam, itu bisa cukup mahal," sebutnya.

Saat ini, ulasnya kepada awak media, di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru ada tiga helikopter yang difungsikan untuk bom air atau yang tenar dengan sebutan water bombing, yakni helikopter Kamov, Sikorski dan helikopter MI-1. Namun ketiganya sudah berhenti beroperasi sejak 1 September 2015, karena‎ izin dan operasionalnya sudah habis. "Jadi sejak 1 September ini, tiga helikopter tidak bisa lagi lakukan bom air karena izin operasionalnya habis," bebernya.

‎Terkait ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edward Sanger kepada GoRiau.com di posko Siaga Karlahut Lanud Roesmin Nurjadin mengatakan, bahwa ketiga Heli itu memang tak bisa diterbangkan disebabkan beberapa faktor. "Heli Kamov berakhir izin terbangnya, dan dua heli lainnya berakhir masa ‎permit operasional krunya," jawab Edward‎, Selasa (1/9/2015) siang.

Dengan tidak terangnya tiga helikopter spesialis bom air dari udara itu, pastinya akan berdampak pada upaya pemadaman kebakaran lahan dan hutan di Riau. Sebab itu, BPBD sudah menyurat pusat agar segera memperpanjang administrasi izin. "Sudah kita surati sejak 28 Agustus kemarin melalui Plt Gubernur yang dilanjutkan ke BNPB Pusat‎. Kita berharap Kementerian Perhubungan segera meneken, agar tiga heli itu bisa jalan lagi," jawabnya.

Dengan tidak beroperasinya heli-heli ini, maka tim penanggulangan Karlahut praktis hanya mengandalkan tim darat dan operasi modifikasi cuaca, untuk membentuk hujan dari Unit Pelaksana Tekhnis Hujan Buatan dari BPPT.‎ "Kira-kira estimasinya tiga hari kedepan. Kita berharap agar titik panas tidak semakin bertambah yang memberi pengaruh terhadap kabut asap," imbuhnya. (Had/fn)