RADARRIAUNET.COM - Ekonomi petani karet di Kuansing hingga saat ini belum juga kunjung membaik. Pasalnya, harga komoditi ini masih relatif rendah, hanya berkisar Rp4500-Rp5000 perkilogram ditingkat petani. Harga ini berbanding terbalik jika dibandingkan dengan harga kebutuhan pokok seperti beras yang telah menembus angka Rp15000 perkilogram. Ditengah-tengah masyarakat, harga karet ini tidak stabil.
Kadang naik, kadang turun. Namun, menurut Kadis Perkebunan Kuansing Wariman kepada wartawan mengakui, ketentuan harga karet ini ditentukan oleh Singapura.
Hal ini diungkapkan Wariman saat menampik tuduhan masyarakat akhir-akhir ini turunnya harga karet dikarenakan banyaknya permintaan sumbangan untuk penyelenggaraan event pacu jalur di Teluk Kuantan.
Sementara itu, menurut Mona salah seorang warga Hulu Kuantan menilai, andilnya Singapura sebagai penentu harga karet, bearti dengan secara tidak langsung menunjukan pengusaha di negara tersebut lebih hebat jika dibandingkan pengusaha dalam negeri.
"Bayangkan saja, Singapura tidak punya kebun karet, tapi harga karet ditentukan oleh mereka, seharusnya kita yang menentukan harga," kata wanita yang pernah mengenyam pendidikan di Singapura ini. Menurut dia, di era perdagangan bebas saat ini, petani harus berjiwa enterpreneur yang mempunyai daya saing secara global.
Jika tidak, nasib petani dinegeri ini akan kalah saing dan hanya akan jadi penonton. Dia menilai perlu adanya peningkatan kemampuan para kelompok tani untuk menyusun strategi dan teknik peningkatan kapasitas kepemimpinan kelembagaan petani. Sehingga mereka dapat berkembang menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri.
teu/rtc/radarriaunet.com