RADARRIAUNET.COM - Seorang laki laki tua berpakaian serba hitam terlihat membakar dupa, Selasa (12/7/2016). Di belakangnya beberapa orang mengikuti dengan membawa ancak (makanan yang diletakkan di tempat dari pelepah pisang), dilanjutkan dengan arak-arakan Barong serta gunungan yang terbuat dari ketupat.
Setelah membaca doa-doa, rombongan yang diikuti ratusan masyarakat Dusun Kopenkidul, Desa Glagah tersebut bergerak melewati jalan-jalan desa yang sempit serta melalui persawahan serta gang kecil depan rumah warga.
Kegiatan tersebut adalah bagian dari tradisi Gelar Pitu yang diadakan setiap 7 hari setelah hari raya oleh Dusun Kopenkidul Desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Sebelumnya, mereka melakukan mendak tirto (mengambil air suci), di tujuh mata air milik desa.Air tersebut dipercikan pada kupat gunggungan dan barong untuk disucikan.
Bukan seperti ketupat pada umumnya, di dalam ketupat tersebut diisi sejumlah uang yang disumbang secara sukarela oleh masyarakat sekitar. Ketupat tersebut kemudian disusun menjadi seperti gunung yang di sebut ketupat Gunggungan.
"Satu rumah ada yang nyumbang satu ketupat, dua ketupat atau 10 ketupat. Bebas. Isi uang di dalamnya pun sukarela tidak kami tentukan," jelas Hairihi, Kepala Desa Glagah kepada awak media ,Selasa (12/7/2016).
Selanjutnya rombongan tersebut berhenti di areal pemakaman umum untuk berziarah di makam Buyut Saridin, leluhur Dusun Kopenkidul. Lalu mereka menggelar selamatan dan makan bersama di tengah jalan desa.
Makanan khas yang disajikan adalah ketupat lodoh, yaitu ketupat yang dinikmati dengan ayam yang dibumbui dengan parutan kelapa muda yang dimasak dengan rempah-rempah. Acara puncak pun dimulai.
Ketupat Gunggungan diperciki air dan kembali didoakan lalu ratusan masyarakat berebut ketupat tersebut. Mereka menyakini semakin banyak ketupat berisi uang yang mereka dapatkan maka rejeki mereka selama setahun akan bertambah.
"Setelah kita melakukan tradisi Gelar Pitu, biasanya masyarakat sini kembali bekerja. Yang kerja ke Bali ataupun kerja keluar kota baru boleh berangkat setelah selamatan," jelas Samsul Lasmidi.
Ia mengatakan acara tersebut adalah acara bersih desa yang dilakukan setahun sekali agar masyarakat di berikan keberkahan dan keselamatan serta mendapatkan rejeki yang berlimpah. "Ini adalah bentuk ikhtiar dan meminta kepada Tuhan agar menjaga desa kami," pungkasnya.
kps/fn/radarriaunet.com