Jakarta (RRN) - Perusahaan teknologi Apple dilaporkan telah merekrut mantan petinggi perusahaan e-commerce Amazon untuk berada di divisi pertahanan digital.
Apple seperti diketahui, sedang menghadapi perseteruan dengan FBI karena menolak memberi kunci enkripsi dari iPhone 5c milik Syed Ridwan Farook, pelaku penembakan di San Bernardino, California. Kini, perusahaan pimpinan Tim Cook itu ingin memperkuat tingkat keamanan perusahaannya dengan membajak 'jagoan' security.
George Stathakopoulos yang dahulu menjabat vice president divisi keamanan informasi Amazon selama 6 tahun, kini bergabung bersama Apple. Ia membantu Apple dalam membuat program proteksi perusahaan dan konsumen serta infrastruktur TI.
Sebelumnya, Stathakopoulos pernah bekerja di Microsoft sebagai general manager selama 10 tahun.
Dari laporan Reuters, tanggung jawab Stathakopoulos yang berada di area pertahanan digital perusahaan nantinya akan dibawahi oleh CFO Luca Maestri.
Sebanyak 16 perusahaan teknologi kembali memberi dukungan kepada Apple dalam sengketa hukum enkripsi melawan biro investigasi Amerika Serikat, FBI. Dukungan baru ini menandai ada lebih dari 30 perusahaan teknologi yang mendukung Apple.
Ke-16 perusahaan itu adalah Twitter, Airbnb, eBay, LinkedIn, Square, Atlassian, Automattic, Cloudflare, GitHub, Kickstarter, Mapbox, Meetup, Reddit, Squarespace, Twilio, dan Wickr. Sebelumnya Apple juga dapat dukungan dari Google, Microsoft, Amazon, Cisco, dan Facebook.
FBI sebelumnya memaksa Apple untuk membantu pemerintah dengan membuka jalur keamanan iPhone 5c milik Syed Ridwan Farook, pelaku penembakan di San Bernardino, California.
Kasus ini bermula pada 2 Desember 2015. Farook dan sang istri Tashfeen Malik yang merupakan warga AS keturunan Pakistan, menembak mati 16 orang di fasilitas disabilitas di San Bernardino. Usai menembak, kedua orang itu melarikan diri dengan mobil namun akhirnya terbunuh dalam baku tembak dengan polisi.
Hakim Sheri Pym dari pengadilan California meminta Apple untuk membantu FBI agar membongkar kode enkripsi dari iPhone milik Farook tersebut. FBI tak mau membongkar paksa karena bakal merusak data di dalamnya.
Apple mengajukan banding karena yang dipermasalahkan bukan membongkar iPhone semata, tapi Departemen Kehakiman dan FBI mencoba mencari kunci untuk membongkar privasi secara keseluruhan.
Apple berkata menentang pembukaan jalur yang diminta FBI, tetapi akan memenuhi permintaan data “yang tepat dan masuk akal.”
Apple selanjutnya bakal menjalani persidangan melawan FBI pada 22 Maret mendatang.
Apple juga mendapat dukungan dari oleh Intel, AT&T, Mozilla, Evernote, Yahoo, Box, Dropbox, Pinterest, Slack, Snapchat, WhatsApp, dan sejumlah organisasi teknologi yang terdiri dari ahli dan profesor hukum.
Tugas Stathakopoulos akan melingkupi perlindungan aset perusahaan seperti peranti lunak rahasia, produk, dan informasi desain. Ia juga akan membantu dalam proteksi data pengguna.
Meski Apple belum memberi tanggapan seputar kabar ini, Reuters mewartakan Stathakopoulos telah berada di Apple selama satu pekan.
Perekrutannya itu lalu dinilai sebagai 'investasi' bagi perusahaan, terlebih saat ini masih hangat dibicarakan seputar kasus yang membelit Apple dengan FBI.
Dengan merekrut Stathakopoulos, Apple dianggap telah meningkatkan fokusnya terhadap aspek sekuritas.
Diketahui Apple menolak permintaan pengadilan AS untuk membuka pintu sistem keamanan iPhone 5c milik pelaku penembakan di San Bernardino pada Desember lalu, karena fungsi penghapusan secara otomatis ponsel itu aktif secara otomatis setelah FBI memasukan tebakan passcode sebanyak 10 kali.
Samsung Dukung Apple Lawan FBI
Perseteruan antara FBI dan raksasa teknologi Apple mengenai perintah untuk membuka enkripsi iPhone milik penembak San Bernardino telah sampai di meja hijau. Apple pun telah mendapat dukungan lebih dari 40 perusahaan.
Apple dan FBI dijadwalkan akan 'bertarung' di pengadilan pada 22 Maret mendatang. Kasus yang membelit keduanya berawal dari penolakan Apple terhadap permintaan hakim agar perusahaan membuka pintu sistem keamanan di iPhone 5c milik Syed Ridwan Farook selaku pelaku penembakan di San Bernardino yang menewaskan belasan orang pada Desember 2015 lalu.
Hal menariknya, banyak pihak yang menganggap sikap Apple sudah tepat. Disebutkan ada lebih dari 40 perusahaan, organisasi, dan individu yang bakal mengajukan sebagai amicus brief, alias pihak yang bakal mendukung Apple dengan argumen, konteks, dan informasi yang berkaitan dengan tuduhan yang dilayangkan, meski mereka tidak terlibat di dalam permasalahan tersebut.
Mereka adalah Facebook, Google, Microsoft, Snapchat, Dropbox, dan lain-lain. Mereka berpendapat, Apple tidak semestinya tunduk terhadap pemerintah hanya untuk membobol sistem keamanan satu iPhone yang berujung membahayakan perangkat para pengguna Apple lain.
Hakim di New York Tolak 'Bongkar' iPhone
Salah seorang hakim dari pengadilan New York, menolak perintah Departemen Kehakiman AS yang mengirimkan surat agar Apple membantu FBI untuk membuka enkripsi iPhone milik Syed Ridwan Farook, pelaku penembakan di San Bernardino.
FBI meminta Apple dengan landasan the All Writs Act, undang-undang yang telah dibuat sejak 200 tahun lalu. Namun, dengan tegas Hakim James Orenstien menolak perintah dari pemerintah tersebut.
"Setelah meninjau fakta-fakta dalam catatan dan argumen dari berbagai para pihak, saya menyimpulkan bahwa tidak ada faktor-faktor tersebut membenarkan untuk memaksakan Apple dalam kewajiban untuk membantu penyelidikan pemerintah terhadap kehendaknya," tulis Hakim Orenstein. "Karena itu saya menolak perintah."
Dia juga berpendapat,"pertanyaan yang harus dijawab dalam hal ini dan orang lain di seluruh negeri ini adalah bukan soal pemerintah mampu memaksa Apple untuk membantu membuka perangkat tertentu.
Namun soal surat perinta All Writs Act yang akan memutuskan masalah bagi banyak orang lainnya di kemudian hari."
All Wirts Act adalah undang-undang yang kemudian disahkan menjadi hukum pada tahun 1789, yang memungkinkan pengadilan federal untuk mengeluarkan perintah yang memaksa pihak ketiga untuk bekerja sama dan membantu untuk perintah pengadilan lainnya.
Kasus ini bermula pada 2 Desember 2015 kemarin, Farook dan sang istri Tashfeen Malik yang merupakan warga AS keturunan Pakistan menembak mati 16 orang di fasilitas disabilitas di San Bernardino, California. Usai menembak, kedua orang itu melarikan diri dengan mobil namun akhirnya terbunuh dalam baku tembak dengan polisi.
Hakim Sheri Pym dari pengadilan California meminta kepada Apple untuk membantu FBI agar membongkar kode enkripsi dari iPhone milik Farook tersebut. Karena, bila dipaksa dibongkar, maka data-data yang ada di ponsel tersebut akan rusak dengan sendirinya.
Kemudian Apple mengajukan banding karena yang dipermasalahkan bukan membongkar iPhone semata, tapi Departemen Kehakiman dan FBI mencoba mencari kunci untuk membongkar privasi secara keseluruhan.
Diwartakan New York Times, dukungan ini juga disebut-sebut sebagai bentuk kecemasan para eksekutif perusahaan teknologi mengenai konsekuensi di industri apabila Apple kalah terhadap FBI.
Di sisi lain, Bloomberg melaporkan bahwa Samsung — yang merupakan rival terbesar Apple — turut mendukung sistem keamanan enkripsi secara umum, serta mendukung posisi Apple yang mempertahankan keamanan dari perangkat konsumennya.
"Mempertanggungjawabkan kepercayaan di produk dan layanan adalah prioritas utama kami. Ponsel produksi kami telah disematkan sistem enkripsi yang melindungi privasi dan konten dan tidak disertai pintu belakang. Kendati begitu, persyaratan apapun yang ingin membuka pintu sistem keamanan bisa merusak kepercayaan konsumen," tulis Samsung dalam sebuah surat elektronik kepada Bloomberg.
Namun perusahaan asal Korea Selatan itu menyatakan bahwa pihaknya masih belum memutuskan apakah akan bergabung dengan para pendukung Apple atau tidak di pengadilan.
Masih dari laporan New York Times, banyaknya dukungan terhadap Apple tersebut kemudian diyakini sebagai tanda konkret dari posisi Silicon Valley yang kompak dan solid.
Beberapa pekan lalu, Hakim Amerika Serikat Sheri Pym memerintahkan Apple agar membongkar iPhone 5c milik pFarook karena fungsi auto-erased di dalamnya telah aktif secara otomatis setelah FBI mencoba memasukan tebakan passcode sebanyak 10 kali.
Apple keukeuh tidak mau mengabulkan permintaan tersebut.
Departemen Kehakiman sebelumnya juga mengajukan dokumen pengadilan tambahan yang diulang sebagai argumen hukum dan mengkritik perlawanan perusahaan sebagai "strategi pemasaran merek."
Sejumlah perusahaan teknologi di Amerika Serikat bersatu untuk mendukung Apple untuk melawan perintah Departemen Kehakiman dan FBI untuk membuka enkripsi iPhone 5c milik Syed Ridwan Farook, pelaku penembakan di San Bernardino.
Membentuk semacam kelompok, MIcrosoft, Facebook, Google dan kemungkinan akan bergabung Twitter serta Amazon untuk mendukung Apple melawan pemerintah Amerika Serikat.
"Masalah ini selaras dengan industri ini dan Facebook berpartisipasi dengan bergabung dengan perusahaan teknologi lainnya," kata juru bicara jejaring sosial itu, seperti yang dikutip dari PC World.
Kasusnya bermula pada 2 Desember 2015 kemarin, Farook dan sang istri Tashfeen Malik yang merupakan warga AS keturunan Pakistan menembak mati 16 orang di fasilitas disabilitas di San Bernardino, California. Usai menembak, kedua orang itu melarikan diri dengan mobil namun akhirnya terbunuh dalam baku tembak dengan polisi.
Hakim Sheri Pym dari pengadilan California meminta kepada Apple untuk membantu FBI agar membongkar kode enkripsi dari iPhone milik Farook tersebut. Karena, bila dipaksa dibongkar, maka data-data yang ada di ponsel tersebut akan rusak dengan sendirinya.
Kemudian Apple mengajukan banding karena yang dipermasalahkan bukan membongkar iPhone semata, tapi Departemen Kehakiman dan FBI mencoba mencari kunci untuk membongkar privasi secara keseluruhan.
Departemen Kehakiman sendiri mengajak Microsoft President dan Chief Legal Officer Brad Smith untuk mendengarkan pendapatnya. Saat itu dia mempertanyakan undang-undang All Writs Act yang ditulis dan disahkan oleh tahun 1911.
Perusahaan Apple diminta oleh Hakim Amerika Serikat Sheri Pym agar membongkar iPhone 5c milik penembak Syed Ridwan Farook. Mengapa Apple harus dilibatkan?
Pihak Pengadilan Distrik AS di Los Angeles telah melayangkan perintah kepada Apple agar membantu tim investigasi FBI dengan menyediakan "bantuan teknis yang pantas" agar membongkar data di dalam iPhone 5c tersebut.
Kilas balik sejenak, pada 2 Desember 2015 kemarin, Farook dan sang istri Tashfeen Malik yang merupakan warga AS keturunan Pakistan menembak mati 16 orang di fasilitas disabilitas di San Bernardino, California.
Usai menembak, kedua orang itu melarikan diri dengan mobil namun akhirnya terbunuh dalam baku tembak dengan polisi.
Menurut pendapat Apple, Microsoft dan perusahaan teknologi lainnya, setuju undang-undang saat ini sudah ketinggalan jaman dan Kongres harus meninjau statuta.
Smith mengatakan pada sidang bahwa Microsoft setuju dengan Apple bahwa tempat yang tepat untuk membawa diskusi adalah DPR dan Senat, sehingga mereka yang dapat membuat keputusan ini.
Pemerintah memiliki kesempatan untuk mencari amandemen hukum untuk mengejar kepentingan penegakan hukum yang ada, Apple mengatakan dalam pengajuan bandingnya. "Namun, bukannya mengejar undang-undang baru, pemerintah mundur dari Kongres dan berbalik ke pengadilan," tambahnya.
tyo cnn/ rrn