RADAR HEALTH - Pasien diabetes biasanya sudah terbiasa terlihat membawa serangkaian obat-obatan yang diresepkan oleh dokter guna mengontrol gula darah. Banyaknya obat-obatan yang harus diminum, kerap kali membuat khawatir pasien diabetes akan mengalami gagal ginjal hingga harus menjalani cuci darah atau hemodialisa.
"Banyak rumor yang beredar kalau banyak mengonsumsi obat nanti ginjalnya rusak, padahal itu tidak tepat," kata Budiman Darmowidjojo, spesialis penyakit dalam, endokrin, dan diabetes dalam sebuah seminar diabetes di JW Marriot Hotel Kuningan, Jakarta, belum lama ini.
Budiman menjelaskan hemodialisa yang dilakukan diabetesi umumnya terjadi karena adanya glukotoksisitas. "Yang mengalami cuci darah atau hemodialisa itu 30 hingga 40 persen disebabkan tingginya gula darah hingga menyebabkan glukotoksisitas," terangnya.
•
Ginjal berfungsi sebagai penyaring darah dari limbah-limbah yang terkandung di dalamnya melalui pembuluh-pembuluh darah kecil yang disebut dengan glomeruli. Tingginya kadar gula dalam darah hingga dalam batas yang ekstrim seperti pada kasus glukotoksisitas, akan menghambat kerja glomeruli dalam menyaring limbah dalam darah.
Kondisi yang berlangsung lama seperti itu dapat menyebabkan fungsi ginjal terganggu. Jika terjadi dalam waktu lama, imbasnya fungsi ginjal terganggu sehingga menyebabkan gagal ginjal yang mengharuskan untuk hemodialisa atau cuci darah. Solusi lainnya adalah dengan transplantasi ginjal.
Banyak yang menduga bahwa rutinnya mengonsumsi obat dapat menyebabkan fungsi ginjal terganggu karena banyaknya unsur kimia yang masuk ke dalam darah. Wismandari Wisnu, spesialis penyakit dalam yang turut hadir dalam seminar itu meluruskan anggapan yang selama ini beredar. Menurut Wismandari, dalam mengontrol diabetes, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu gula darah, tekanan darah, dan kolesterol.
Bila ketiga faktor tersebut menghasilkan angka yang bagus secara medis, maka diharapkan angka kualitas hidup sang pasien menjadi lebih baik.
"Mau tidak mau, pasien diabetes memang memiliki obat yang lebih banyak, tapi ini semua diberikan untuk mencegah komplikasi jangka panjang, seperti gagal ginjal," kata Wismandari. "Bila suatu nanti terkena penyakit ginjal, itu bukan karena obat namun karena memang proses penyakitnya seperti itu. Misalnya, bila tanpa minum dua tahun akan terkena ginjal, namun dengan minum obat sepuluh tahun kemudian bisa jadi kena, bisa jadi tidak," lanjutnya.
Budiman kembali mengingatkan pentingnya pengendalian gula darah dalam tubuh oleh diabetesi sebelum terjadinya glukotoksisitas. Dengan pengendalian gula darah ini, pengobatan untuk penderita diabetes dapat dilakukan dengan lebih mudah. (les/les/fn)