PEKANBARU (RRN) - Sungguh berat perjuangan ribuan prajurit TNI dalam upaya memadamkan kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di Riau. Mereka menanggalkan senjata, menggantinya dengan barang-barang logistik dan alat pemadaman. Bahkan dengan tenaga ekstra, prajurit-prajurit kebanggaan Indonesia itu menembus pekatnya asap dan panasnya lahan gambut yang terbakar di Riau.
Setelah 45 hari berada di hutan untuk memadamkan api, akhirnya Selasa (27/10/2015), ribuan prajurit ini dipulangkan ke Mabes, untuk digantikan dengan pasukan baru yang lebih segar. Banyak cerita dan pengalaman yang mereka hadapi saat bertugas memadamkan api di Riau, termasuk halnya bertemu dengan bintang buas.
"Tiap hari bertemu ular kobra, udah berteman kami (dengan Cobra,red). Kalau kami lewat dia akan menghindar. Banyak sekali ular, makanya kami selalu membawa tongkat kalau berjalan dan pertajam penglihatan agar tidak menginjaknya (ular)," kisah Sertu Roni Pusla, dari Yonzipurz IX, Korstrad TNI, Selasa (27/10/2015) siang.
Bahkan disuatu waktu, ketika Sertu Roni melakukan patroli, regunya sempat bertemu ular sebesar pohon pinang dan sangat panjang. "Pas itu kepala ularnya berdiri setinggi satu meter. Warnanya cantik, cuma pas mau ambil fotonya, ular itu kabur. Lalu juga ada ular kecil-kecil kayak ular pohon dan ular Cobra," sebut dia.
Sertu Roni adalah satu dari ribuan prajurit yang kembali ke markas hari ini. Menurut dia, perjuangan prajurit tidak sampai disana, anggota juga acap bertemu dengan buaya sungai saat melakukan patroli lahan. "Biar akses mudah, kita kadang-kadang lewat air, itu banyak sekali buaya besar. Kita kalem saja, kan nggak menganggu," candanya saat berbincang dengan GoRiau.com.
Tak hanya ular dan buaya, Sertu Roni yang ditempatkan di kawasan hutan di Pangkalan Kuras, Pelalawan Riau ini juga mengaku sering bertemu beruang. "Kan kami tiap hari berkeliling mencari titik api, mulai jam 8 pagi sampai jam 5 sore, terus diganti shift berikutnya jam 5 sampai jam 10 malam. Jadi sering ketemu sama beruang," bebernya.
Lawan Kami Gambut Panas dan Asap Tebal
Sertu Roni mengatakan, kendala terberat dalam tugas memadamkan api adalah karena panasnya lahan gambut yang menyala, ditambah lagi dengan pekatnya asap yang mesti ditembus. "Gambut itu susah mendeteksinya, itu panas sekali. Harus segera disiram sampai jadi bubur. Untuk diameter gambut 20X20 saja, itu bisa memakan waktu 90 menit," kisah dia.
Setelah yakin lahan itu padam sepenuhnya hingga ke dasar gambut, barulah tim bisa bergerak ke lokasi lainnya. Sedangkan sisanya, tim berpatroli di lahan yang sudah padam sebelumnya. "Harus ada tekhnik dan butuh kerja sama. Itu kami sampai masuk ke dalam hutan hingga belasan kilometer sambil berjalan kaki dan membawa logistik," urainya.
Jika tiba masa istirahat, prajurit ini memanfaatkannya dengan menelpon keluarga. Tidak mudah, karena mereka harus mencari titik signal yang kuat, maklum karena mereka berada di dalam hutan. "Ganti-gantian kami teleponan. Itu mencari tempat ketinggian biar dapat signal. Jadi bisa mengabarkan keluarga di rumah," ingatnya.
Kini, tugas Sertu Roni dan ribuan prajurit lainnya mesti diemban oleh pasukan yang baru, yang didatangkan dari Mabes, melalui Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau. Sebagian sudah tiba, dan sisanya akan dilanjutkan esok hari, dengan pesawat Hercules dan CN-295. (gor/fn)