Momok Bagi Masyarakat,

Angin Utara Terus Gerus Abrasi Wilayah Meranti

Administrator - Sabtu, 17 Oktober 2015 - 11:01:40 wib
Angin Utara Terus Gerus Abrasi Wilayah Meranti
FOTO: riauterkini

Angin utara yang terjadi di Meranti menjadi ancaman serius bagi masyarakat. Pasalnya angin utara menjadi penyumbang abrasi terbesar di wilayah pesisir.

RANGSANG PESISIR (RRN) - Pergerakan angin Utara sudah mulai melanda wilayah perairan Kabupaten Kepulauan Meranti. Angin yang biasa terjadi jelang akhir tahun sampai awal tahun ini selalu menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.

Sebagai salah satu wilayah pesisir yang berpulau-pulau, angin utara ini menjadi penyumbang abrasi terbesar yang masih terus menjadi ancaman serius, khususnya di wilayah yang berhadapan langsung dengan perairan perbatasan di Selat Malaka. Seperti halnya Desa Tanah Merah Kecamatan Rangsang Pesisir.

Menurut tokoh masyarakat setempat yang juga mantan Kepala Desa Tanah Merah Mahadi, selama 2013 lalu saja sudah sebanyak 20 meter tanah di pesisir pantai desa itu runtuh ke laut. Pelabuhan yang menjadi jalur aktivitas masyarakat pun tidak luput dari hempasan gelombang.

"Hingga kini terhitung lebih kurang 40 meter daratan yang sudah runtuh ke laut. Kami mengukurnya sangat mudah, karena ada pelabuhan di sana. Selama tahun 2013 lalu, sudah berkali-kali terpaksa kami sambung agar tetap bisa dilalui masyarakat yang beraktivitas di laut," kata Mahadi, Jumat (16/10/2015).

Mantan kades terpilih dua periode itu juga mengungkapkan, abrasi memang menjadi persoalan terbesar yang dihadapi masyarakat Tanah Merah. Bahkan menurutnya saat ini sudah ada masyarakat yang tinggal di wilayah terdekat dengan laut mewanti-wanti jika rumahnya dalam beberapa tahun ke depan menjadi hilang akibat abrasi.

"Banyak antisipasi yang dilakukan warga yang tinggal di daerah paling dekat dengan pantai. Mulai dengan membangun rumah baru yang notabene lebih jauh dari laut atau mencari lahan. Abrasi menjadi momok bagi warga Tanah Merah," sebutnya.

Mahadi menjelaskan abrasi terparah memang terjadi saat musim utara seperti saat ini. Sebab angin laut yang kuat setinggi 3 meter akan menghempaskan gelombang yang meruntuhkan daratan secara terus menerus, khususnya di Desa Tanah Merah.

Total wilayah di Kepulauan Meranti yang menjadi titik terparah abrasi terjadi terdapat di 7 titik. Dengan abrasi tersebut telah merubah garis pantai yang mengakibatkan berubahnya wilayah Indonesia di Kepulauan Meranti.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kepulauan Meranti, Mohammad Aza Fahroni mengatakan tujuh titik tersebut di antaranya Pantai Kuala Merbau Pulau Merbau sepanjang 4,5 kilometer, Pantai Centai Pulau Merbau sepanjang 2 kilometer, Pantai Teluk Belitung, sepanjang 12 kilometer, Pantai Tanjung Motong dengan abrasi 10 kilometer, Pantai Tanah Merah dengan panjang 6 kilometer, Pantai Tanjung Kedabu sepanjang 6 kilometer dan Pantai Tanjung Medang sepanjang 20 kilomter.

"7 titik ini lokasi abrasi terparah di seluruh wilayah Kepulauan Meranti," katanya.

Aza mengaku perencanaan dan kajian terhadap abrasi sudah dilakukannya. Bahkan untuk mengatasi abrasi di 7 titik tersebut, diperlukan anggaran sekitar Rp1,573 triliun. "Untuk mengatasinya harus dibangun batu pemecah ombak. Kemudian di pantai ditanam pohon manggrove,dan saat ini masih diatasi dengan pagar nibung yang bisa bertahan selama 6 tahun,agar tidak terjadi dampak yang lebih parah," katanya.

Sementara itu, Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Kabid Infrastruktur Perbatasan, Nasruni mengatakan dampak dari abrasi dapat dikurangi dengan membangun benteng batu pemecah ombak dan juga menanam pohon bakau di pinggir pantai.

Selain itu, pemecah ombak pun dapat menahan laju ombak dan memecahkan gelombang air sehingga kekuatan ombak saat mencapai bibir pantai akan berkurang.Menurut Nasruni batu pemecah ombak tidak busa dibangun,karena biaya nya sangat besar,untuk permeternya mencapai Rp 25 juta,sebagai solusi nya akan dibangun benteng yang terbuat dari pohon nibung

"Untuk pemecah ombak mustahil akan dibangun. Permasalahannya APBD kita tidak mencukupi untuk pembuatan pemecah ombak", ujarnya.

Nasruni juga mengatakan, akan menanam kembali pohon bakau di pinggiran pantai sepanjang pantai yang terkena abrasi. "Tahun 2016 ini akan kita proyeksikan membangun benteng dari pohon Nibung dulu.Setelah itu akan kita tanam pohon mangrove.Sampai saat ini sudah 600 meter benteng nibung yang sudah kita bangun," kata Nasruni. (rtc)