RADAR HEALTH - London, Sementara konsumsi rokok di negara maju mulai menurun, di Tiongkok justru sebaliknya. Peningkatan daya beli masyarakat semakin memicu naiknya kebutuhan akan rokok. Tak heran Tiongkok ditunjuk sebagai negara yang mengkonsumsi rokok terbanyak di dunia.
Tercatat 1 dari 3 rokok di dunia dihisap di Tiongkok, atau lebih dari 300 juta orang di sana merokok. Tak hanya itu, rata-rata dari mereka sanggup menghabiskan 22 batang rokok setiap harinya.
Kondisi ini mendorong keprihatinan dari tim peneliti dari Oxford University, Chinese Academy of Medical Sciences, dan Chinese Center for Disease Control. Kemudian mereka menganalisis dua studi berskala besar yang berjarak 15 tahun dan melibatkan ratusan pria dan wanita.
Dari hasil penelitian yang dipublikasikan jurnal The Lancet itu terungkap, dua-pertiga pria muda di Tiongkok sudah mulai menghisap tembakau sejak usianya belum genap 20 tahun. Dan separuh di antaranya diperkirakan akan meninggal di usia muda jika kebiasaan itu tidak segera dihentikan.
Peneliti mencatat, di tahun 2010, angka kematian pria dewasa di Tiongkok akibat rokok saja sudah mencapai 20 persen atau berkisar 1 juta orang. Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin jumlah kematian akibat rokok akan bertambah menjadi 2 juta orang di tahun 2030, dan 3 juta orang di tahun 2050.
"Kunci untuk menghindari tingginya angka kematian ini tentulah keinginan untuk berhenti merokok. Dan bila Anda masih muda, jangan pernah memulainya," ungkap salah satu peneliti, Richard Peto dari University of Oxford.
Pemerintah Tiongkok sendiri tidak tinggal diam untuk menurunkan angka perokok di negaranya. Salah satunya dengan pelarangan merokok di tempat umum dan memperketat peraturan soal iklan produk rokok.
Kendati demikian, dalam jurnal yang sama dikatakan, di sejumlah negara seperti Tiongkok dan Indonesia, konsumsi rokok masih dikaitkan dengan faktor kultural atau kebiasaan harian dalam masyarakatnya.
Seperti dikutip dari BBC, Senin (12/10/2015), banyak dari masyarakat Tiongkok yang sudah terbiasa bersosialisasi dengan memanfaatkan rokok. Setelah makan bersama, merokok bersama akan mempermudah seseorang untuk melakukan pendekatan pada calon klien atau rekan kerjanya.
Rokok dengan merek mahal atau memiliki hiasan dari emas pada kemasannya juga kerap dijadikan sebagai hadiah atau buah tangan. Data dari WHO pun mengungkap hanya 25 persen orang dewasa di Tiongkok yang paham betul tentang bahaya merokok, seperti kanker paru dan penyakit jantung.
Di samping itu, hanya 10 persen perokok di Tiongkok yang benar-benar berhenti karena kemauannya sendiri. Itupun karena kondisi kesehatan mereka sudah tidak memungkinkan untuk merokok lagi. Ini belum termasuk 'prestasi' Tiongkok sebagai salah satu negara produsen rokok terbesar di dunia.
(lll/up/fn)