Selama Ramadan Rohul Defisit Daya Hingga 1,5 MW

Administrator - Senin, 22 Juni 2015 - 14:08:55 wib
Selama Ramadan Rohul Defisit Daya Hingga 1,5 MW
Manager PT PLN Rayon Pasir Pangaraian Juloko Saragih (foto : hms)

PASIR PANGARAIAN (RR) - Manager PT PLN Rayon Pasir Pangaraian Juloko Saragih, tidak berani menjamin listrik menyala selama 24 jam selama bulan suci Ramadan.  Karena, saat ini listrik di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) tengah alami defisit daya antara 500 watt hingga 1 mega watt (MW).

Katanya kepada wartawan, kemarin sore, dampak terjadi kerusakan 1 mesin di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Tanjung Belit, daya listrik di Rohul mengalami defisit. Terutama saat waktu berbuka puasa, antara pukul 17.00 Wib hingga pukul 20.00 Wib. "Kita masih mempunyai dilema defisit, karena adanya kerusakan mekanical di PLTD Tanjung Belit. Tidak pasti tidak padam, tapi kita usahakan," sebut Juloko.

Kemudian, agar pemadaman listrik tidak terjadi di waktu berbuka puasa, dirinya meminta pelanggan menghemat listrik antara pukul 17.00 WIB - 20.00 Wib, dengan mematikan 2 bola lampu di rumah, kemudian tidak menyalakan mesin pompa air, tidak menyetrika pakaian, juga mematikan televisi.

Walaupun demikian, Juloko berani menjamin, bila saat sahur puasa tidak akan terjadi pemadaman listrik. Karena, disaat sahur pemakaian listrik tidak sebesar waktu shalat Maghrib. "Yang jadi dilemanya, ketika berbuka saja, karena beban sangat tinggi, sedangkan bila sahur tidak masalah," ujarnya.

Sebutnya lagi, disatu sisi PLN sedang alami devifsit, namun di sisi lainnya warga butuhkan listrik. Sehingga dirinya meminta 78 ribu pelanggan listrik PLN di Rohul membantu dengan menghemat listrik. "Bila menggunakan pompa air sebaiknya di bawah jam lima sore. Karena di atas jam lima sore ke atas sedang defisit," imbaunya.

Juloko juga menjelaskan, bahwa ketersediaan daya listrik di Rohul sudah mencapai 33,9 MW, terdiri 18,9 MW dari PLTD dan 15 MW dari PLTA. "Untuk listrik dari PLTA tidak ada kendala, namun PLTD yang sering terjadi kendala," ucapnya. (teu/hrc)