RADAR HEALTH - Pembakaraan dupa mungkin memerlukan peringatan kesehatan. Hal ini diutarakan oleh sebuah studi baru yang mengevaluasi risiko pemakaian dupa di dalam ruangan.
Pemimpin studi Rong Zhou dari South China University of Technology mengatakan tak banyak penelitian yang mencoba melihat dupa sebagai salah satu sumber polusi udara. Beberapa studi telah mengaitkan asap dupa terhadap risiko kanker dan tumor namun belum spesifik dan perlu penelitian lebih lanjut.
Saat dupa dibakar ada partikel yang dilepaskan ke udara dan dapat terhirup menyebabkan reaksi peradangan. Zhou dan timnya mencoba mengidentifikasi efek zat-zat yang ada pada asap dari dua jenis dupa terbuat dari kayu gaharu dan cendana dan membandingkan hasilnya dengan asap rokok terkonsentrasi dalam ruangan.
"Hasilnya kami menemukan bahwa asap dupa didominasi oleh partikel halus dan ultra halus. Lebih jauh banyak aromatik, zat iritan, dan senyawa beracun diidentifikasi dalam pecahan partikel," kata Zhou dikutip dalam laporannya di jurnal Environmental Chemistry Letters pada Senin (31/8/2015).
Sifat dari asap dupa ditemukan mutagenik yang artinya punya zat kimia yang berpotensi mengubah materi genetik seperti DNA (deoxyribonucleic acid) sehingga bisa menyebabkan mutasi. Selain itu asap dupa juga lebih beracun untuk sel tubuh dibandingkan asap rokok yang telah dibuktikan pada hamster.
"Jelas, perlu ada kesadaran dan manajemen risiko kesehatan terkait dengan pembarakan dupa di dalam ruangan," lanjut Zhou.
Meski demikian Zhou mengatakan agar penelitiannya tak membuat orang berpikir bahwa asap dupa lebih berbahaya dari asap rokok. Kesimpulan tersebut belum diambil oleh peneliti karena masih banyak ragam merek dan bagaimana cara dupa digunakan di pasaran.
(fds/vit/fn)