Jakarta: Harga minyak dunia pada perdagangan Selasa (5/3) relatif bergerak landai. Pergerakan tersebut terjadi seiring sentimen yang berimbang antara upaya pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dengan beroperasinya kembali lapangan minyak terbesar di Libya dan proyeksi melemahnya permintaan.
Disitat CNN Indonesia, Rabu (6/3/2019), harga minyak acuan internasional Brent tak berubah di level US$65,67 per barel pada pukul 11:38 EST. Sementara, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) melandai tipis sebesar US$0,01 per barel menjadi US$56,58 per barel.
Harapan investor terhadap terwujudnya kesepakatan perdagangan AS-China dalam waktu dekat juga meredakan imbas komentar beragam dari Gedung Putih.
"Minyak masih menanti kesepakatan untuk kembali ke meja dengan China," ujar Ahli Strategi Komoditas Senior RJO Futures Phillip Streible.
Pemangkasan pasokan oleh OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, telah membantu menopang harga minyak mentah berjangka dalam beberapa hari belakangan ini. Pada Senin (4/3) lalu, Rusia menyatakan bakal mempercepat laju pemangkasan produksinya bulan ini.
Pekan ini, sumber OPEC juga menyatakan OPEC kemungkinan akan memperpanjang kesepakatan pemangkasan produksi yang telah mengerek harga minyak sekitar 20 persen sejak awal tahun.
"Hal itu yang menjaga harga dan pastinya akan menggerakkan harga lebih tinggi," ujar Streible.
Sementara itu, beroperasinya kembali lapangan minyak terbesar di Libya El Sharara menekan pasar minyak. Lapangan yang memiliki kapasaitas produksi 315 ribu barel per hari (bph) sempat ditutup sejak Desember 2018.
"Pasar minyak akan sedikit kelebihan pasokan lagi kecuali produksi dipangkas lebih jauh atau gangguan gangguan tak terduga terjadi di tempat lain," ujar Commerzbank dalam catatannya.
Ekspektasi terhadap kenaikan stok minyak mentah AS juga membatasi kenaikan harga minyak mentah. Survei Reuters terhadap 6 analis memperkirakan stok minyak mentah AS naik 400 ribu bph pada pekan lalu.
Kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan permintaan minyak juga membebani harga.
Pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonominya sekitar 6 hingga 6,5 persen tahun ini, lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang sebesar 6,6 persen. Hal itu mengerek prospek melambatnya permintaan bahan bakar.
Negosiasi perdagangan antara AS dan China juga menambah ketidakpastian di pasar. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan Presiden AS Donald Trump akan menolak segala kebijakan perdagangan yang tak sempurna. Namun, AS akan tetap berupaya mencapai kesepakatan.
Sehari sebelumnya, laporan terkait AS dan China yang dapat mencapai kesepakatan formal pada bulan ini sempat mendongkrak harga minyak mentah berjangka.
RRN/CNNI