Jakarta: PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengaku tengah merombak bisnis mereka guna memperbaiki kondisi likuiditas perusahaan yang sejak tahun lalu mengalami tekanan. Perubahan bisnis dilakukan melalui restrukturisasi aset dan pengembangan digital.
Direktur Utama Asuransi Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjelaskan pihaknya sudah mulai merestrukturisasi sejumlah aset perusahaan. Saat ini, menurut dia, pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa pihak guna mengelola properti perusahaan yang selama ini masih 'menganggur'.
"Jadi saya kerja samakan, bukan disewakan. Kami bangun secara komersial menjadi aset yang produktif," ujar Hexana seperti sitat CNNIndonesia.com, Senin (26/2/2019).
Hexana tak menjelaskan secara detail terkait pengelolaan properti perusahaan tersebut. Namun, hal tersebut diharapkan bakal memberikan pendapatan tambahan bagi perusahaan.
"Jadi kan (properti) tidak menganggur. Lalu aset yang tidak produktif atau tidak komersial mungkin juga akan dikonversi ke aset finansial yang lebih liquid," jelas Hexana.
Selain properti, menurut Hexana, pihaknya juga akan merestrukturisasi aset finansial perusahaan dengan melakukan repurchase agreement (repo). Repo adalah transaksi penjualan instrumen efek antara dua belah pihak yang diikuti dengan perjanjian di mana pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang sama dengan harga tertentu yang telah disepakati.
Langkah lain yang juga akan dilakukan perusahaan adalah mengembangkan bisnis digital. Hexana mengaku produk asuransi proteksi perusahaan saat ini sudah bisa diakses melalui aplikasi.
Dengan demikian, pembelian produk asuransi dapat dilakukan melalui aplikasi tak hanya lewat agen atau kantor cabang Jiwasraya.
"Produk proteksi misalnya seperti personal accident, kecelakaan. Kalau naik pesawat bisa membeli asuransi personal accident, itu sudah di aplikasi. Lalu juga asuransi demam berdarah," terang dia.
Ia mengaku pihaknya akan lebih fokus dalam mengembangkan produk simpel seperti proteksi untuk individu. Hal ini lantaran produk proteksi sudah lebih dimengerti oleh masyarakat, sehingga tak perlu lagi penjelasan agen secara tatap muka.
"Untuk produk yang lebih rumit atau perlu personal touch (pendampingan agen) nanti akan diubah ke arah proteksi, karena yang rumit butuh agen karena perlu personal touch," papar dia.
Restrukturisasi aset dan digitalisasi produk diharapkan mantan SEVP Treasury & Global Services BRI ini bakal memperbaiki kondisi likuditas perusahaan ke depan.
Namun, apakah langkah tersebut dapat membantu pembayaran klaim pemegang polis produk asuransi berbasis investasi sebesar Rp802 miliar yang saat ini masih 'menggantung', Hexana kembali tak bisa memastikan.
Kendati demikian, ia memastikan perusahaan berkomitmen untuk mulai mencairkan klaim pemegang polis produk asuransi yang diundur sejak akhir tahun lalu tersebut pada Juni 2019 mendatang. Hexana mengaku memiliki beberapa skenario untuk menunaikan janji perusahaan kepada pemegang polis.
"Banyak inisiatif-inisiatif yang dilakukan, tapi maaf saya tidak bisa jelaskan detail apa saja inisiatifnya," terang Hexana.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyebut Asuransi Jiwasraya akan menerbitkan obligasi jangka panjang demi mengatasi persoalan keuangan perusahaan saat ini. Namun, Hexana enggan membicarakan rencana tersebut.
"Saya tidak mau janji-janji dulu," pungkasnya.
RRN/CNNI