Jakarta: Jelang berakhirnya paruh pertama, umumnya perbankan mulai mengambil ancar-ancar untuk merevisi Rencana Bisnis Bank (RBB). Sekiranya target pertumbuhan bisnis bank urung direalisasikan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi kesempatan bagi pelaku usaha untuk mengubah target tersebut.
Namun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berkukuh dengan target pertumbuhan kreditnya yang sebesar 13 persen hingga akhir tahun nanti. Optimisme ini bukan isapan jempol, mengingat realisasinya sampai Mei 2017 diklaim sudah mencapai 9 persen.
"Sebenarnya, tidak ada perubahan material. Pertumbuhan sama. Dari sisi kredit, kami optimistis bisa tumbuh 11 persen-13 persen," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, Minggu (11/6).
Hanya saja, dari sisi segmen kredit, ia melanjutkan, perseroan akan lebih mendorong kredit korporasi dan ritel. Selain karena peluangnya yang besar, kedua segmen kredit tesebut diyakini mampu menjadi lokomotif pertumbuhan.
Tak tanggung-tanggung, perseroan mengincar portofolio kredit korporasi sebanyak 40 persen atau dominan dibandingkan segmen kredit lainnya, yaitu ritel 35 persen, dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) 25 persen.
Harap maklum, kredit UMKM berkontribusi besar terhadap peningkatan rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL), sehingga porsi kredit UMKM lebih imut-imut. "Kredit menengah yang banyak NPL, maka kami stagnan. Kami tumbuhkan korporasi serta ritel," imbuh Kartika.
Adapun, hingga Mei 2017, ia mengklaim, kredit perseroan tumbuh 9 persen. Diprediksi, pertumbuhannya mencapai double digit atau 10 persen pada Juli 2017.
Kinerja perseroan disebut-sebut mengalami perbaikan sejak kuartal I 2017. Peningkatan laba bersih, misalnya, yang tercatat tumbuh 6,9 persen menjadi Rp4,1 triliun.
Padahal, laba bersih bank pelat merah nomor wahid ini anjlok cukup dalam pada periode yang sama tahun lalu, yakni turun 25,7 persen menjadi hanya Rp3,8 triliun.
Sementara itu, dari sisi anorganik, Kartika menyebut RBB Bank Mandiri juga tak memiliki perubahan material. Bank Mandiri tetap bakal menambah modal kepada BSM untuk menjaga CAR berada di kisaran 14-15 persen.
Bank Mandiri juga mengalokasikan dana untuk pembukaan kantor di Malaysia sebesar RM500 juta yang akan dibayarkan dalam tiga tahap. Bank Mandiri, tutur Kartika, juga berminat untuk mengakuisi bank di Filipina.
Suntikan Modal Rp500 Miliar
Sesuai RBB 2017, Bank Mandiri juga akan tetap mengalokasikan tambahan modal kepada anak-anak usahanya. Jumlahnya cukup ciamik, yaitu Rp500 miliar yang akan dibagikan ke beberapa anak usahanya.
"Pertama, PT Bank Syariah Mandiri. Kami tambah modal demi menjaga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di kisaran 14 persen-15 persen," tutur Kartika.
Kedua, PT Mandiri Utama Finance. Suntikan modal untuk anak usaha perseroan yang bergerak di bidang pembiayaan kendaraan bermotor itu penting, mengingat bisnis perusahaan tumbuh mengilap.
Ketiga, PT Mandiri Capital Indonesia yang bergerak di bidang modal ventura. Kebutuhan modal anak usaha ini dalam rangka mengembangkan proyek-proyek untuk melaksanakan sistem pembayaran lokal atau national payment gateway (NPG).
"Kemudian juga kami alokasi permodalan kantor luar negeri di Malaysia. Kami lagi proses untuk dapat Qualified Asean Bank (QAB). Kami sudah ke bank sentral Malaysia sekitar beberapa bulan lalu untuk dapat lampu hijau. Semoga Agustus ini izinnya, akhir tahun sudah bisa operasi," pungkasnya.
bir/cnni/rrn