RADARRIAUNET.COM - Penjaga gawang tim nasional Italia dan Juventus, Gianluigi Buffon, menyebut proses penjualan Inter Milan dan AC Milan pada konsorsium asal China sebagai pukulan telak pada sepak bola Italia. Namun ia mengakui bahwa hal itu adalah konsekuensi yang harus dihadapi setelah Liga Italia tak kunjung berbenah.
"Ini kekalahan untuk sepak bola Italia. Untuk Italia sebagai negara, sebagai tradisi, dan untuk semuanya," kata Buffon, kepada Corriere della Sera.
"Tapi kami menerima yang pantas kami dapatkan, kami plin-plan, tanpa akar rasa kebersamaan. Sejarah selalu menunjukkan hal itu. Kami meminta adanya identitas Italia, tapi setelah 30 tahun, Italia kini mengalami masa-masa yang sukar dijalani. Dengan lima tahun berada di peringkat 10, kami tidak bisa menerimanya."
AC Milan kini berada di peringkat tiga Serie-A dengan mengoleksi 16 poin. Pada lima tahun terakhir, mereka tak pernah sekalipun mencicipi gelar scudetto (juara Serie-A) dan juga tiga musim beruntun gagal merebut tiket ke Liga Champions.
Setelah sempat didekati beberapa pemodal dalam satu setengah tahun terakhir, Milan pada akhirnya dijual ke tangan investor China, Sino-Europe, dengan valuasi €700 juta (termasuk utang-utang yang ditanggung).
'Saudara' sekota Milan, Internazionale, telah terlebih dahulu menjual 70 persen saham klub pada grup ritel peralatan elektronik asal China, Grup Suning.
Penjualan dua klub dengan tradisi panjang di Italia ini juga sekaligus mengakhiri era dua pemimpin klub yang menjadi wajah Serie-A selama ini, Silvio Berlusconi dan Massimo Moratti.
Berlusconi yang membeli Milan pada 1986 silam, kini hanya memiliki kurang dari satu persen saham di AC Milan, sementara Moratti pun tak jauh berbeda.
Buffon yang ingin pensiun setelah Piala Dunia 2018 mengatakan dirinya mempertimbangkan opsi untuk menjadi pelatih tim nasional di masa depannya nanti. Tapi ia enggan melatih di level klub karena akan terlalu banyak menghabiskan waktu.
cnn/radarriaunet.com