Bentrok Polo Air PON, Satu Atlet Putri DKI Terinjak-injak

Administrator - Selasa, 20 September 2016 - 15:01:58 wib
Bentrok Polo Air PON, Satu Atlet Putri DKI Terinjak-injak
ilustrasi. cnn
RADARRIAUNET.COM - Satu atlet putri DKI Jakarta terluka dalam insiden kericuhan yang terjadi saat semifinal polo air putra Jawa Barat lawan Sumatera Selatan di Kolam Renang Komplek Si Jalak Harupat, Bandung, Senin (19/9). Demikian yang dikabarkan Ketua Umum Kontingen DKI Jakarta, Raja Sapta Ervian, saat dihubungi awak media .
 
"Ada tujuh orang yang terluka. Tiga di antaranya perlu divisum, sementara lainnya lebam di muka. Tujuh orang tersebut terdiri dari enam putra dan satu atlet putri. Yang putri bahkan sempat terinjak," kata Ervian tanpa menyebut data dari atlet terkait.
 
Namun berdasarkan informasi dari Wakabid Humas KONI DKI Jakarta, Martin Mohede, Delfinus Feliciano adalah salah satu korban yang mengalami lebam, sementara Glindra Patricia Legawa adalah atlet putri polo air DKI Jakarta yang terinjak dalam insiden tersebut. Beruntung keduanya tak mengalami cedera yang serius dan masih dapat bertanding.
 
Ada dua keributan dalam insiden tersebut. Pertama, adalah keributan antara tim Jabar dan Sumsel di kolam renang. Kericuhan kemudian meluas ke atas tribun, yang turut melibatkan pria berseragam militer.
 
Ervian mengatakan sebab dari kericuhan di tribun adalah ketika salah seorang anggota tim polo air DKI Jakarta menegur seorang yang diduga petugas keamanan, melempar botol ke area tanding. 
 
"Info yang saya dapat, anggota tim kami menegur saat petugas keamanan itu melempar botol."
 
"Intinya begini, disaat ada pemukulan dan sebagainya, mestinya panitia bisa melerai. Keamanan di sana harusnya bisa mengkondisikan hal-hal demikian dan bisa antisipasi," ucap Ervian.
 
Tak hanya di arena polo air, Ervian juga menceritakan bahwa tim hoki DKI Jakarta sempat ditimpuki botol saat sedang bertanding dengan tim Jawa Barat. 
 
"Bagaimana bisa menang (dengan kondisi begitu)? Jadi sistem keamanan ini yang kami protes," ucapnya.
 
Lebih lanjut, Ervian berharap agar petugas negara semestinya bertindak netral untuk mengamankan situasi secara keseluruhan. Di PON 2016, ia menemukan adanya penonton berseragam militer di beberapa arena seperti renang, karate, dayung, polo air, dan berkuda. Sesuatu yang belum pernah ia temukan di PON sebelumnya.
 
"TNI harusnya jadi penengah tapi nyatanya berbeda. Dan itu benar-benar jadi sejarah yang tidak baik, akan jadi catatan (evaluasi). Kami sebagai penanggungjawab akan protes keras kepada PB PON dari segi sistem keamanan, dan akan memproses hukum karena ada pemukulan yang merugikan atlet DKI Jakarta," tutur Ervian. 
 
 
cnn/radarriaunet.com