Kekeliruan Orang Tua Menerapkan Pola Makan Anak

Administrator - Kamis, 08 September 2016 - 09:32:12 wib
Kekeliruan Orang Tua Menerapkan Pola Makan Anak
ilustrasi. cnn

RADARRIAUNET.COM - Kerewelan anak saat makan membuat banyak orang tua mengupayakan beberapa cara, dari mengajak berjalan-jalan sampai memberikan gawai dan tontonan. Yang penting, anak tertib makan dan makanannya habis.

Tapi rupanya cara tersebut salah. Hal ini diungkapkan oleh psikolog anak Anna Surti Ariani di Jakarta, belum lama berselang. Menurutnya, saat anak diajak melakukan aktivitas lain selagi makan, secara tidak sadar hal itu justru akan semakin membuat anak susah makan.

"Dengan mengajak anak berjalan-jalan atau sambil bermain, malah membuat anak tidak sadar bahwa dia sebenarnya sedang makan. Dia jadi tidak menikmati makanan," ungkap Nina, sapaan akrabnya. Kebiasaan itu, menurut Nina, membuat anak sulit berkonsentrasi.

"Salah satu trik besar untuk mengajarkan konsentrasi dan fokus pada anak-anak adalah saat makan," ia menegaskan. "Dalam satu hari, anak akan makan tiga kali. Sebagai orang tua, waktu tersebut adalah kesempatan besar untuk mengembangkan beragam hal melalui proses makan, misalnya pembentukan kepribadian dan kecerdasan."

Nina memberikan beberapa contoh yang bisa dilakukan para orng tua untuk melatih konsentrasi anak saat makan. Misalnya, dengan bertanya soal warna yang ada pada piring makanan, atau bertanya tentang jumlah potongan sayur atau lauk pauk lain yang ia makan.

Menurutnya, "Hal itu bisa menarik kembali perhatian anak pada makanan, sekaligus menstimulasi otak anak, karena kita mengenalkan warna, angka, bentuk, dan rasa."

Cara lain yang disarankan Nina untuk melatih konsentrasi anak adalah dengan bertanya soal rasa makanan. Ketika sang anak menyuap satu sendok makanan ke mulutnya, orang tua bisa memperhatikan lauk apa saja yang ia suap.

Setelahnya, orang tua bisa bertanya, "Coba rasakan atau temukan kentang di mulutmu? Coba temukan wortel di mulutmu?" kata wanita lulusan Universitas Indonesia ini. "Dengan begitu," ia menambahkan, "anak akan berpikir, 'Mana ya wortelnya? Mana ya kentangnya?'"

Tips lain yang ia bagikan adalah dengan melakukan negosiasi dengan anak. Misalnya, dalam satu kali makan, anak hanya punya maksimal lima kali jalan-jalan.

"Kalau sudah habis (jatah jalan-jalannya), dia tidak bisa jalan-jalan kecuali makanannya habis," kata Nina. "Lama-lama, jumlah itu dikurangi menjadi dua kali, dan akhirnya sampai pada tahap tidak boleh makan sambil jalan-jalan."

Korelasi antara proses makan dengan konsentrasi, tak hanya dibuktikan lewat banyak penelitian psikologi saja, namun Nina mengaku juga membuktikannya pada anaknya.

"Saya juga melatih anak dengan proses makan. Saat anak makan, saya berkeras untuk menyuruhnya makan di meja makan saja," ungkapnya. "Kalau anak sangat ingin jalan-jalan, taruh makanan di meja makan kemudian ajak anak jalan-jalan sebentar saja, baru kembali lagi ke meja makan."

Alangkah meruginya para orang tua, jika menuruti kemauan anak untuk melakukan kegiatan lain saat makan. "Ketika kita tahu bahwa manfaat duduk diam saat makan jauh lebih besar ketimbang dengan berjalan-jalan, maka pasti kita akan melakukan apa pun untuk membuatnya diam," tegas ibu dua orang anak ini.

Ia pun menyampaikan bahwa anak bisa dilatih untuk duduk diam dan berkonsentrasi sejak berusia tujuh bulan, "Tepatnya, saat anak sudah bisa duduk sendiri."

Selain untuk melatih konsentrasi, proses makan juga bisa digunakan untuk meningkatkan interaksi sosial anak.

"Misalnya, ketika makan bersama-sama, anak diajarkan bahwa saat makan itu ada etikanya, seperti tidak mengambil makan terlalu banyak, harus memerhatikan apakah orang lain sudah ambil makan atau belum."


cnn/fn/radarriaunet.com