RADARRIAUNET.COM - Tidak dapat berbuat lebih banyak mengantisipasi abrasi akibat gelombang laut semakin parah, salah satu unit Tempat Penampungan Ikan (TPI) di Parittiung, Desa Jangkang, Kecamatan Bantan, Bengkalis yang dibangun pemerintah pada 2009 lalu amblas ke laut.
Sebelumnya, bangunan masih tampak berdiri menghadap ke Perairan Selat Malaka ini, akhirnya tinggal puing dan rangka yang tersisa. Mayoritas bangunan permanen seperti cor-coran semen terjun ke laut karena gerosan ombak.
Melihat kondisi bangunan yang sebelumnya nyaris ke laut karena abrasi, warga nelayan setempat berusaha menyelamatkan sejumlah material bangunan. Setelah amblas lalu ambruk dan tak bisa digunakan seperti biasanya oleh nelayan.
Dengan cara swadaya, nelayan setempat dan warga membangun ulang TPI lebih sederhana berbentuk bangsal berjarak sekitar 30 meter dari bangunan TPI asal dari material yang sudah di selamatkan.
“Sudah lama juga amblas ke laut, dan tidak digunakan lagi. Akhirnya, warga dan nelayan bersama-sama membangun kembali dengan cara bersama-sama seperti bangsal,” ungkap Saleh, salah seorang nelayan setempat.
Menurut saleh, longsor tanah karena terjangan ombak akan semakin parah karena cuaca saat ini angin kencang dan gelombang kuat. “Kalau cuaca macam lihat saja longsor semakin parah karena gelombang laut,” katanya lagi.
Informasi tambahan, Utara Pulau Bengkalis berada di batas terluar yang berbatasan dengan Malaysia. Dengan mundurnya garis pantai karena abrasi, maka berpengaruh pada garis terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu butuh penanganan serius terhadap abrasi ini.
Utara dan Timur Pulau Bengkalis sepanjang 83 Km. Kawasan yang terparah terkena abrasi pantai sepanjang 55 Km, sedangkan abrasi terparah berada di kawasan Tanjung Jati hingga Desa Muntai sekitar 22,5 Km. Rata-rata setiap tahun luas abrasi mencapai 59,02 hekter dan laju abrasi mencapai 32,5 meter pertahun. Selama 26 tahun (1988 – 2014) saja, daratan Pulau Bengkalis yang hilang akbiat abrasi mencapai 1.504,93 hektar.
rtc/radarriaunet.com