Musuh dalam Selimut Bernama Gigi Retak

Administrator - Jumat, 21 Agustus 2015 - 13:01:02 wib
Musuh dalam Selimut Bernama Gigi Retak
FOTO:int

RADAR HEALTH Dengan peranan gigi sebagai fungsi oral dan estetika, setiap orang ingin mempertahankan kesehatan dan keindahan giginya. Banyak orang seringkali tidak menyadari masalah gigi dan mulut yang dialaminya.


Salah satu permasalahan yang kerap dialami kebanyakan orang adalah gigi retak (cracked tooth). Gigi retak dapat terjadi pada pria maupun wanita, akibat menggigit obyek yang keras, salah posisi dalam mengunyah, atau karena struktur gigi yang lemah.


Gejala rasa sakit pada gigi retak tidak terjadi terus menerus sehingga banyak pasien mengabaikannya. Diagnosis sindrom gigi retak juga cukup sulit. Dokter gigi harus melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara menyeluruh.


“Retakan pada gigi biasanya cukup halus dan sulit terlihat secara klinis,” kata Spesialis konservasi gigi RSPI-Pondok Indah drg. Rina Permatasari, Sp. KG dalam acara pembukaan Dental Specialist Clinic di RSPI Pondok Indah yang berlangsung pada Rabu (9/12).


Drg. Rina melanjutkan, kasus gigi retak yang tidak sampai ke ruang pulpa, cukup ditangani dengan pembuatan mahkota tiruan (crown), sedangkan dalam beberapa kasus yang lebih berat, gigi harus dirawat saluran akar dan dilakukan aplikasi bahan Mineral Trioxide Aggregate (MTA) terlebih dahulu sebelum dipasang crown.


Namun bila retakan sudah jauh hingga ke akar atau bahkan gigi menjadi terbelah, maka gigi terpaksa harus dicabut, kemudian diganti dengan gigi tiruan atau implan.


Gigi yang terpaksa harus dicabut karena kerusakan kompleks atau akibat hal lainnya seperti trauma, tentunya akan membuat pasien tidak nyaman. Kondisi tersebut tidak hanya mempengaruhi estetika dan fungsi oral, namun juga dapat mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang.


“Banyak solusi yang mungkin dapat dipilih untuk merestorasi gigi. Namun jika memang harus dilakukan pencabutan, maka diperlukan gigi tiruan sebagai pengganti agar tidak terjadi masalah yang lebih kompleks pasca pencabutan. Misalnya, susunan gigi yang bergeser, radang gusi, kelainan sendi rahang, perubahan intonasi suara, dan yang tidak kalah pentingnya, yaitu berkurangnya dukungan terhadap bibir dan pipi sehingga wajah penampilan tampak lebih tua dari usia sebenarnya,” kata drg. Jonan Angkawidjaja, Sp. Pros.


Berkembangnya teknologi memungkinkan dokter gigi untuk memberikan pilihan yang lebih luas untuk jenis gigi tiruan.


Gigi tiruan berfungsi untuk memperbaiki fungsi oral dan estetika. Namun masalah yang banyak dikeluhkan tentang gigi tiruan adalah gigi tersebut seringkali goyang dan terasa tidak nyaman, terutama saat mengunyah makanan keras. Implan gigi merupakan salah satu pilihan gigi tiruan yang dapat berfungsi mirip seperti gigi asli, memberikan rasa nyaman kepada pasien. (stv/fn)