RADARRIAUNET.COM - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyambut baik rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghapuskan uang muka (down payment/DP) pembelian kendaraan bermotor untuk menggenjot penyaluran kredit dan meningkatkan penjualan otomotif.
Meski demikian, Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan, penurunan uang muka bisa sangat berbahaya jika tidak dibarengi dengan seleksi nasabah dengan ketat. Jika lembaga pembiayaan salah sasaran, ia khawatir pembiayaan bermasalah (Nonperforming Financing/NPF) akan semakin memburuk.
Sebagai informasi, rasio NPF industri multifinance pada Mei lalu tercatat 2,23 persen, atau naik 0,86 persen ketimbang Mei 2015.
"Kebijakan penghapusan DP kami anggap cukup baik. Tapi perlu diingatkan, kalau DP jadi nol itu bisa berbahaya. Karena kalau customer-nya bukan yang premium, itu akan jadi bumerang buat perusahaan leasing itu sendiri. Kalau sudah begitu, kemungkinan kredit di-cancel akan banyak, sehingga retur semakin meningkat, dan akan berdampak juga ke industri otomotif," jelas Yohannes, Senin (8/8).
Maka dari itu, Yohannes mengatakan, uang muka seharusnya tetap dikenakan agar bisa menyaring nasabah yang benar-benar mampu membayar kreditnya. Ia melanjutkan, rata-rata uang muka yang ideal bagi pembiayaan otomotif di Indonesia berada di angka 10 persen, berdasarkan rata-rata uang muka per segmen dan kategori kendaraan yang dianggap tidak memberatkan nasabah.
Namun, ia tak berharap penghapusan uang muka ini disertai dengan penurunan bunga kredit, karena itu malah bisa mempengaruhi likuiditas perusahaan pembiayaan. Maka dari itu, Yohannes menambahkan, kebijakan ini akan berhasil jika pertumbuhan ekonomi membaik, mengingat pada kondisi itu daya beli masyarakat juga ikut pulih.
"Kami rasa suku bunga dengan acuan BI Rate sekarang sebesar 6,5 persen sudah bagus. Justru kebijakan ini kuncinya di pertumbuhan ekonomi serta harga komoditas yang membaik," katanya.
Jika wacana tersebut jadi diimplementasikan, ia optimistis penjualan mobil bisa melebihi target yang dipasang tahun ini sebesar 1,05 juta unit. Pasalnya, hingga Juni tahun ini, penjualan mobil sudah mencapai setengah dari target yang dipatok.
Sebagai informasi, penjualan mobil secara ritel sepanjang semester pertama tahun ini tercatat 531.929 unit, atau mencapai 50,65 persen dari target sepanjang 2016. Angka itu bahkan meningkat tipis 1,22 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 525.491 unit.
"Kami masih optimis penjualan sebesar 1,05 juta unit masih bisa kami capai, karena bulan Juni penjualannya sudah setengah lebih dari target. Biasanya enam bulan berikutnya penjualan akan lebih baik, karena secara historis trennya seperti itu," kata Presiden Direktur Isuzu Astra Motor Indonesia.
cnn/fn/radarriaunet.com