RADARRIAUNET.COM - Pemerintah menempuh banyak cara supaya harga daging bisa turun di bawah Rp80.000/kg. Salah satunya dengan mengimpor jeroan sebagai alternatif pengganti daging sapi.
Kendati demikian, impor jeroan dikritik karena bisa memicu kolesterol.
Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag), Karyanto Suprih mengatakan, bukan hanya jeroan, daging juga jadi sebab timbulnya kolesterol.
"Justru bukan cuma jeroan, daging juga bikin kolesterol. Makanya jangan makan jeroan, ikan saja. Soal penyakit mah bener bos, kalau jeroan emang nggak baik," ucapnya di kantor Kemendag, Jakarta, Kamis (14/7/2016).
Sebelumnya, menurut ahli gizi, dr. Marzuki, impor jeroan akan membuat konsumsi jeroan masyarakat meningkat. Dampaknya, bisa berpengaruh pada memburuknya kesehatan masyarakat secara umum akibat mengkonsumsi jeroan.
"Dibandingkan dengan negara di luar, jeroan itu banyak dilarang sekali untuk dikonsumsi, makanya dipisahkan. Kalau di Indonesia malah dikonsumsi, nggak dipikirkan kolesterol jeroan yang tinggi," terang Marzuki kepada awak media.
Menurut Karyanto, pertimbangan dibukanya kembali impor jeroan yang sempat dilarang Menteri Perdagangan sebelumnya, Rachmat Gobel, pada tahun lalu itu, atas dasar situasi harga daging sapi yang masih bertengger di atas Rp100.000/kg.
Impor daging sapi beku beberapa waktu lalu, lanjutnya, juga belum mampu menggoyang harga daging sapi segar, dan masih perlu waktu lama bagi daging beku agar bisa diterima masyarakat luas.
"Sekarang kan sudah terbukti yang Rp120.000/kg daging. Kalau kita nggak pasok dari impor ya naik itu. Karena memang daging lokal itu beda dengan impor. Dan masyarakat belum terbiasa makan daging beku. Kalau dia biasa makan daging beku mungkin lain," jelas Karyanto.
dtc/fn/radarriaunet.com