RADARRIAUNET.COM - Pembangunan fasilitas perumahan bagi warga eks Timor Timur yang memilih tetap menjadi WNI pascajajak pendapat tahun 1999 silam, masih belum memadai hingga saat ini.
"Kondisi perumahan bagi warga eks Timor Timor masih belum memadai," kata Ketua organisasi Uni Timor Aswain (UNTAS) Eurico Guterres kepada wartawan di sela-sela pembukaan kegiatan Kongres ke-3 UNTAS di Kupang, Jumat malam.
Kondisi tersebut, menurut Eurico, terjadi karena prioritas pembangunan perumahan oleh pemerintah Indonesia tidak hanya untuk warga eks Timor Timur di Timor bagian barat Nusa Tenggara Timur. Tetapi juga bagi warga lokal NTT yang belum memiliki fasilitas perumahan yang memadai.
Dia menjelaskan, porsi pembangunan perumahan harus berbagi jatah dengan penduduk lokal untuk menghindari kecemburuan sosial dan mempertimbangkan kondisi masyarakat lokal.
"Porsi pembagian 60 : 40, artinya 60 persen untuk warga eks Timor Timur, sedang 40 persen sisanya untuk warga lokal NTT. Kami juga memahami kondisi masyarakat lokal karena ada juga yang nasibnya lebih parah dari warga eks Timor Timur," kata Eurico yang merupakan mantan Wakil Panglima Pejuang Integrasi Timor Timur itu.
Kebutuhan akan perumahan menjadi salah satu poin utama yang diperjuangkan Eurico Guterres bersama rekan-rekannya dalam kepengurusan UNTAS. Saat ini, dirinya mengaku tidak terlalu mempersoalkan kekurangan pemerintah Indonesia dalam upaya memenuhi kebutuhan perumahan bagi warga eks Timor Timur.
Namun, kata Eurico, pihaknya akan tetap mengevaluasi berbagai kekurangan tersebut dan memberikan rekomendasi terkait cara penanganannya kepada pemerintah setelah melakukan kongres.
"Kami tidak hanya memperjuangkan kebutuhan perumahan bagi warga eks Timor Timur, namun juga kebutuhan dasar lainnya, karena mereka sudah ikhlas memilih Merah Putih sebagai perjuangan hidupnya," kata Guterres.
Sebelumnya, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya dalam sambutannya di Kongres UNTAS mengapresiasi upaya perjuangan hak-hak warga eks Timor Timur. Namun, katanya, perjuangan itu tidak mesti langsung terpenuhi secara cepat.
"Ini merupakan upaya yang baik demi kepentingan masyarakat eks Timor Timur, namun untuk mewujudkannya tentu harus melalui proses dan tidak secara instan langsung terpenuhi," jelasnya.
Frans juga berpesan kepada anggota UNTAS agar memanfaatkan kongres dengan baik sehingga menghasilkan solusi-solusi yang baik dan efektif. Ia berharap upaya perjuangan hak-hak warga Timor Timur dilakukan dengan cara-cara yang santun dan lembut tanpa harus menggunakan kekerasan.
"Melalui kongres ini warga UNTAS harus bisa mengevaluasi berbagai capaian untuk ditingkatkan dan juga kekurangan-kekurangan yang dihadapi selama ini," katanya.
cnn/radarriaunet.com