SENYUM mengembang di wajah Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo saat berswafoto dengan latar belakang panorama Danau Toba. Mereka tampak kagum dengan keindahan salah satu destinasi wisata di Sumatra Utara tersebut.
Selama tiga hari Senin (29/7/2019) hingga Rabu (31/7/2019) lalu, orang nomor satu di Indonesia itu blusukan. Kawasan Geosite Sipinsur, Kabupaten Humbang Hasundutan, menjadi tempat wisata pertama yang ia dan rombongan kunjungi.
Keesokan harinya, Jokowi semakin berdecak kagum menyaksikan indahnya The Kaldera Toba Nomadic Escape. Daerah ini memang cocok untuk mereka yang menyenangi wisata alam bebas.
Tidak hanya keindahan alam, adat Batak yang begitu kaya dengan kearifan lokal juga telah memikat hati Jokowi. Kampung Adat Batu Persidangan Siallagan, misalnya, disebut-sebut sebagai titik awal sejarah penegakan hukum di Samosir.
Jokowi terkesima menyaksikan langsung lokasi batu persidangan yang berbentuk sebuah meja dengan kursi tersusun melingkar tempat Raja Siallagan mengadili pelanggar hukum. Raja Siallagan dahulu itu bersidang di bawah pohon rindang dan duduk di kursi tersendiri yang kemudian dikelilingi kursi penuntut dan pembela serta penasihat kerajaan kala akan memutus perkara.
"Bayangkan, ada 28 lokasi seperti ini di sekitar Danau Toba dengan keunggulan masing-masing. Baik dari sisi sejarah, budaya, air, alam, dan lain-lain. Itulah sebabnya, saya ingin kawasan Danau Toba menjadi destinasi wisata berkelas," kata Jokowi.
Investasi dari APBN sebesar Rp3,5 triliun untuk mengembangkan kawasan Danau Toba diharapkan dapat mengalirkan gelombang investasi ke daerah berjuluk 'Negeri Indah Kepingan Surga' itu.
"Kita harapkan investasi yang datang tidak hanya dua kali dari dana yang dikeluarkan APBN. Tapi bisa tiga, empat, lima kali," kata Jokowi ketika meninjau Geosite Sipinsur.
Mendorong perekonomian
Saat meninjau lokasi The Kaldera Toba Nomadic Escape, Jokowi menyiratkan rasa optimis bahwa keindahan di daerah itu akan menjadi incaran para pengusaha penginapan. Bila hotel dan penginapan menjamur, kata dia, hal tersebut bisa melahirkan multiplier effect.
"Kalau banyak hotel di sini, pasti dong. Sayur masuk hotel, buah masuk hotel, singkong masuk hotel, jagung masuk hotel, kentang masuk hotel. Lapangan kerja terbuka. Barang-barang kerajinan yang banyak sekali tenun, ulos, handycraft semuanya. Kopinya enggak usah dijual di luar (negeri), pakai sendiri di sini," tutur dia.
Apa yang disampaikan presiden tepat. Sebab, pengembangan sektor pariwisatalah yang paling cepat dirasakan dampak langsungnya bagi masyarakat dan tentunya merambat ke penerimaan negara.
Seusai mengunjungi Desa Adat Ulos Huta Raja, Lumban Suhi-Suhi, Pangururan, Samosir, dan Pantai Indah Situngkir, Jokowi memastikan investasi dari negara tidak akan pernah sia-sia. Pemerintah kabupaten, kata dia, saat ini sudah kecipratan lantaran kunjungan wisata meningkat.
Bupati Samosir Rapidin Simbolon secara jujur mengamini ucapan Jokowi.
Rapidin mengatakan pendapatan asli daerah (PAD) telah meningkat hingga 81%. "Sektor pariwisata naik 81%. Dari Rp34 miliar sampai ke Rp54 miliar. Kurang lebih lah ya," ujar dia.
Berulang kali memang Jokowi dalam kunjungan kerjanya tersebut mengatakan Danau Toba dan Pulau Samosir tidak akan pernah membosankan. "Di sini lengkap. Wisata air ada, alam ada, air terjun ada, wisata religi ada. Pokoknya, lengkap."
Perbaikan internal
Lebih lanjut Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu memastikan akhir 2020 telah terjadi perubahan besar-besaran di kawasan tersebut. Infrastruktur seperti jalan tol dari Medan hingga Parapat, dermaga, jembatan, dan berbagai fasilitas penunjang lainnya sudah dibangun demi terwujudnya Danau Toba sebagai wisata kelas super.
Ia pun berjanji mempromosikan Danau Toba dan Pulau Samosir secara besar-besaran. "Setelah semua selesai, kita akan ikut promosikan secara besar-besaran," ujar Jokowi di Tano Ponggol, Pangururan, Samosir, pada hari terakhir kunjungan kerjanya.
Sudah dapat terbayang akan seperti apa Danau Toba ke depannya. Apalagi, semua itu dikerjakan oleh Jokowi secara serius dan dilatarbelakangi rasa cinta.
Namun, siapkah masyarakat sekitar dengan visi besar sang Presiden? Aktivis lingkungan Danau Toba Sebastian Hutabarat khawatir upaya Jokowi sulit berjalan mulus jika pemerintah setempat dan masyarakat tidak ikut mendukung program tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita lihat betapa masyarakat di sini begitu mengelu-elukan Presiden Jokowi. Saya pun kagum dengan hal itu. Ada cinta yang besar dari masyarakat Batak terhadap beliau. Tetapi, semua sia-sia kalau rasa cinta itu berhenti pada acara sambutan semata-mata," ujar dia.
Konon, ada empat "penyakit" orang Batak yang diyakini sebagian orang membuat mereka sulit maju yaitu hosom (dendam), teal (munafik), elat (iri), dan late (dengki) alias HOTEL. Namun, keempat hal itu sejatinya bisa dihindari karena Suku Batak memang terkenal memiliki adat budaya yang tinggi.
Oleh karena itu, ketika ada putra-putri Batak yang sukses lantaran begitu menekuni dunia pariwisata di Danau Toba, alangkah baiknya jika itu menjadi inspirasi untuk ikut menjejaki sukses. Setidak-tidaknya jangan halang-halangi orang lain yang sudah bekerja keras untuk bisa menikmati sukses.
Mental lainnya yang harus dimiliki dalam memajukan sektor pariwisata Danau Toba ialah pelayanan prima. Harus diakui orang Batak dikenal sangat menjaga martabat dan harga dirinya. Prinsip itu terkadang menjadi ganjalan manakala harus melayani tamu yang sebaiknya diservis bak raja. Ingat peribahasa tamu adalah raja.
Selain persoalan mental, melestarikan lingkungan hidup juga adalah pekerjaan rumah lainnya. Lingkungan benar-benar harus dijaga keberlanjutannya oleh masyarakat sekitar dan para investor.
DPRD Sumatra Utara pernah membentuk Pansus Kerusakan Lingkungan Kawasan Danau Toba empat tahun silam. Pansus itu terbentuk berangkat dari kesimpulan telah terjadi kerusakan hutan dan lingkungan cukup parah di kawasan Danau Toba. Aktivitas sejumlah perusahaan dituding sebagai penyebabnya.
Keberadaan pansus mengindikasikan perlunya perhatian lebih dari sisi aspek lingkungan. Karena akan sulit menarik wisatawan mana kala kawasan Danau Toba tidak asri dan menuju rusak. Sebuah keniscayaan bahwa alam lingkungan adalah aset baik bagi warga lokal sekaligus daya tarik sehat bagi para turis.
Nah kalau sudah demikian, nyata sudah kesiapan Danau Toba dan kearifan lokalnya menjadi destinasi kelas dunia.(A-2).
RRN/MI