DPRD Riau Minta Pemerintah Jamin Stok Masker

Administrator - Selasa, 10 Maret 2020 - 12:52:06 wib
DPRD Riau Minta Pemerintah Jamin Stok Masker

RADARRIAUNET.COM: Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Riau meminta Pemerintah Provinsi Riau untuk mengambil langkah strategis terkait keluhan masyarakat mengenai kelangkaan masker.

Permintaan tersebut disampaikan Anggota Komisi V DPRD Riau Agung Nugroho yang membidangi kesehatan meminta agar pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan menjamin ketersediaan masker di tengah masyarakat.

Menurut Agung, masyarakat di Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru mengeluhkan kelangkaan masker. Sekalipun ada, harganya sangat fantastis, mencapai Rp300 ribu per kotaknya. Padahal, keberadaan masker sangat dibutuhkan untuk mencegah penularan virus corona.

"Seharusnya ini langsung ditanggapi. Cari penyebabnya, kenapa langka? Ini kan jadi tandatanya besar. Ada adap?" sebut Agung.

Diakui dia, keluhan kelangkaan masker sudah banyak dilaporkan warga ke DPRD. Padahal saat musim asap dulu, begitu bangyak stok masker hingga bisa dibagi-bagikan secara gratis. Kepada penegak hukum, yakni Polda Riau dan jajaran Politisi Demokrat itu meminta agar ada tindak lanjut dari kelangkaan tersebut.

"Memang dari situasi yang kami lihat, ada kemungkinan masker ini ditimbun. Oleh oknum tertentu untuk meraup keuntungan lebih. Maka dari itu kan sudah masuk pidana. Kami minta Polda Riau dan jajaran segera action," pintanya.

Anggota Komisi V DPRD Riau, Ade Hartati angkat bicara terkait langkanya masker di Kota Pekanbaru belakangan ini. Terlebih masyarakatkan dihebohkan dengan adanya pasien suspect virus Corona.

Sebelumnya, masker di Kota Pekanbaru mulai langka, bahkan beberapa apotek di Pekanbaru kehabisan stok masker.

Ade Hartati mengatakan, sudah semestinya ini merupakan tanggung dari pemerintah, pemerintah juga diminta turun ke lapangan dan mengecek ketersediaan masker untuk masyarakat.

"Pemerintah harus turun ke lapangan mengecek ketersediaan masker untuk masyarakat," kata Ade Hartati.

Kemudian, kepada masyarakat, Ade Hartati meminta jangan panik dan terapkan pola hidup sehat.

"Jika pola hidup sehat dilakukan, kita akan terbebas dari virus apapun," tukasnya.

Wabah Virus Corona mempengaruhi penjualan masker di Kota Pekanbaru. Penjualan yang meningkat membuat stok masker di beberapa apotek habis.

Karyawan Apotek Mandiri Smart, Ghita, menuturkan bahwa stok masker di tempat ia bekerja sudah lama kosong. Bahkan sejak awal muncul kabar Virus Corona sudah diserbu pembeli.

"Saat awal muncul kabar virus corona, warga membeli masker berkardus-kardus. Setelah kami pesan lagi, rupanya stok masker di distributor sudah habis," ungkap Ghita.

Terpisah, Ketua Komisi I DPRD Riau, Ade Agus Hartanto meminta pemerintah dan aparat bertindak tegas dengan adanya dugaan oknum yang melakukan penimbunan masker di Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru.

Pasalnya, hampir merata seluruh apotek di Pekanbaru saat ini kehabisan stok masker. Hal itu lantas membuat panik masyarakat yang khawatir akan peredaran virus Corona.

"Kita minta jika ada penimbunan masker ditindak tegas oleh aparat, kalau ada masyarakat mengetahui penimbunan tersebut, beru tahu ke kami," tegas Ade.

Politisi PKB ini kemudian meminta kepada masyarakat tetap tenang dan jangan panik terhadap kondisi hari ini.

"Jangan panik dan khawatir, yang paling penting yang perlu bermasker adalah orang yang sedang sakit, mari kita jaga hidup sehat," tukasnya.

Terpisah Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengimbau masyarakat jangan panik menyikapi virus Corona yang sudah masuk ke Indonesia.

"Imbauan kami kepada masyarakat tak perlu panik, pak Presiden juga sudah mengimbau agar masyarakat tenang," kata Gubri kepada awak media, Ahad (8/3/2020).

Syamsuar menyarankan agar masyarakat tetap menjaga kesehatan. Jika merasa kurang sehat lebih baik istirahat dulu, sampai kondisi badan pulih.

"Yang penting kita menjaga kesehatan dengan hidup bersih, dan makan makanan sehat. Kemudian jangan lupa sering cuci tangan setelah memegang benda," pesannya.

Gubri menyarankan masyarakat tak perlu memborong masker. Apalagi memborong makanan di mal seperti yang terjadi di Jakarta.

"Saya kira tak perlu panik, yang panting berdoa kepada Allah SWT agar semua segala sesuatunya kita kembalikan kepada Allah," ungkapnya.

Disinggung soal pencegahan virus Corona di Riau, Syamsuar menegaskan bahwa pencegahan Corona sudah lama dilakukan di Riau.

"Tim provinsi dan kabupaten/kota juga sudah mensosialisasikan ke rumah sakit di daerah. Bahkan tim Dinas Kesehatan Riau sudah turun mengecek kesiapan rumah sakit daerah untuk penanganan virus corona," paparnya.

Gubri menyampaikan, di Riau ada tiga rumah sakit rujukan untuk penanganan pasien Corona yang ditunjuk Kementerian Kesehatan. Ketiga rumah sakit itu adalah RSUD Arifin Achmad Riau, RSUD Tembilahan dan RSUD Dumai.

"Jadi penangananya ketika ada masyarakat yang diduga atau suspect dibawa ke tiga rumah sakit itu. Namun itu tidak bisa langsung divonis kena virus Corona, karena untuk membuktikan pasien kena Corona tidak mudah, harus melalui cek labor kesehatan Kemenkes. Di sana lah yang akan membuktikan pasien suspect terkena virus corona atau tidak," ujarnya.

Plt Kepala Biro Administrasi Pimpinan, Wira Haryoko menyampaikan Surat Edaran Gubri dengan nomor 43/SE/2020 tersebut ditujukan kepada Bupati dan Wali Kota se-Provinsi Riau agar menginstruksikan Dinas Kesehatan, di antaranya pertama, melakukan pengamatan peningkatan kasus pneumonia yang terjadi di daerahnya.

Kedua, mengintruksikan kepada Puskesmas dan rumah sakit agar petugas kesehatan memantau lebih ketat sekaligus melakukan isolasi pasien dengan gejala pneumonia dan riwayat melakukan perjalanan dari negara terjangkit dalam 14 hari dari munculnya gejala.

Ketiga, memberikan komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pneumonia dan cara mencegah penularannya (dengan cuci tangan pakai sabun, dan etika batuk atau bersin), serta anjuran segera memeriksakan diri dengan pelayanan kesehatan terdekat bila mengalami gejala demam, batuk, sesak dan gangguan pernafasan serta memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit selama 14 hari.

Keempat, segera melaporkan kasus suspect pneumonia berat yang memiliki riwayat perjalanan dari negara terjangkit ke bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

Dan kelima, membentuk tim terpadu kesiapsiagaan penanggulangan Infeksi Virus Corona.

Selain itu, lanjut Wira, kepada rumah sakit, Gubri menginstruksikan agar melakukan isolasi kepada pasien yang datang dengan gejala pneumonia dan ada riwayat perjalanan dari negara terjangkit selama 14 hari sebelum muncul gejala.

Kemudian, sambungnya, melakukan pengobatan dan perawatan yang sesuai terhadap pasien dengan gejala pneumonia. Melakukan pengambilan sampel dengan koordinasi dengan UPT Labor Dinas Kesehatan Provinsi Riau.

"Dan apabila ditemukan suspek novel virus corona di Rumah Sakit, Kabupaten dan Kota, Gubri meminta agar dikomunikasikan terlebih dahulu dengan ketua tim tata laksana dan pengendalian virus corona Provinsi Riau," tuturnya.

Jikalahari mendesak Menteri Kesehatan (Menkes) dan Gubernur Riau (Gubri) mendirikan posko-posko khusus di tiap Desa, RW dan Kelurahan yang menyediakan peralatan dan obat-obatan terkait pencegahan Virus Corona Covid-19 dan dampak polusi asap yang berasal dari pembakaran hutan dan lahan yang kembali terjadi sepanjang 2020.

“Tidak cukup dengan himbauan-himbauan hidup sehat dan bersih, pemerintah perlu melakukan aksi nyata menyelamatkan rakyat Riau karena itu kewajiban pemerintah memenuhi hak asasi manusia untuk hidup dan sehat,” kata Made Ali, Koordinator Jikalahari.

Virus Corona 19 di tengah Karhutla Riau

Pada 6 Januari 2020, Menkes menerbitkan Surat Erdaran Nomor: SR.03.04/II/55/2020 tentang kesiapsiagaan dalam upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Pneumia dari Negara Republik Rakyat Tiongkok ke Indonesia.

Pada 10 Februari 2020, Gubri menindaklanjuti Surat Edaran Menkes dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor: 43/SE/2020 mengintruksikan Bupati dan Walikota membentuk tim tata laksana dan pengendalian virus corona Provinsi Riau.

Setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua orang di Indonesia positif Corona Covid-19, masker, cairan pembersih tangan atau hand sanitizer hingga buah-buahan mengalami kenaikan yang sangat drastis di Riau.

Hasil traking Jikalahari di beberapa pasar buah dan apotik, harga buah anggur hitam mencapai Rp. 130.000/1 kg, lemon Rp. 62.500/1 kilo gram (kg), apel fuji alfa Rp. 52.500/1 kg, jeruk ponkam Rp 39.500/1kg, brokoli Rp 18.000/1 kg sedangkan masker Rp. 300.000/ kotak dan cairan pembersih tangan atau hand sanitizer Rp. 150.000/ botol.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, total 544 ribu jiwa atau 7,39 persen masyarakat miskin di Riau. 7,39 persen ini akan sulit untuk memenuhi konsumsi gizi seimbang dengan kondisi saat ini.

“Selain mahalnya harga buah, pembersih tangan dan masker, rajin olahraga dan istirahat cukup juga menghantui masyarakat Riau. Di tengah penyebaran Virus Corona 19, Riau sedang memasuki musim kemarau terpanjang selama tujuh bulan, di beberapa Kabuapten kota karhutla kembali terjadi. Bagaimana mungkin mau hidup sehat kalau pencemaran udara menghantui Rakyat Riau?”kata Made Ali.

Selain Virus Corona Covid-19, Riau sedang mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sejak Januari – Maret 2020, luas karhutla di Riau menurut data BPBD mencapai 341,27 hektar.

Paling luas tercatat di Kabupaten Siak mencapai 105,97 ha, Bengkalis 89,9 ha, Indragiri Hilir (49,6 ha), Dumai (46,8 ha), Indragiri Hulu (21,5 ha), Kepulauan Meranti (12,5 ha), Pekanbaru (6 ha), Pelalawan (5 ha), Kampar (2,75 ha) dan Rokan Hilir (1,25 ha).

Catatan Jikalahari menunjukkan sejak Virus Corona menyebar, hotspot di Riau terus meningkat. Analisis Jikalahari melalui satelit Terra-Aqua Modis sepanjang Januari – Februari terdapat 598 titik hotspot, terbanyak di Kabupaten Bengkalis 221 titik, Pelalawan 105 titik, Kepulauan Meranti 101 titik dan Dumai 51 titik. Sedangkan di wilayah korporasi, paling banyak di PT SRL 46 titik, PT Arara Abadi 35 titik, PT SPA 31 titik dan PT SPM 25 titik.

Jikalahari mencatat, pada peristiwa polusi asap 2015, 2016 dan 2019, pemerintah sibuk memadamkan api, dan abaikan memulihkan kesehatan warga yang terkena ISPA hingga meninggal. “Setelah warga ribut pemerintah baru bertindak. Ajakan untuk tidak panik hadapi Corona bisa dilakukan jika aksi nyata pemerintah bukan sekedar himbauan,” kata Made Ali.

“Warga Riau kian menderita terkena Virus Corona dan polusi asap, jika perbaikan tata kelola lingkungan hidup dan kehutanan berupa mencabut izin korporasi HTI dan Sawit yang berada di atas lahan gambut dan mengembalikan hutan tanah masyarakat adat tidak dilakukan pemerintah. Dampak asap telah merenggut 9 nyawa warga Riau tahun 2015, 2016, dan 2019,” kata Made Ali.

“Harusnya, Gubri langsung membentuk posko yang menyediakan obat-obatan terkait pencegahan Virus Corona Covid-19 dan mengawasi setiap pintu-pintu masuk seperti Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pelabuhan Buton, Pelabuhan Dumai dan Pelabuhan Tembilahan terutama orang-orang yang mempunyai catatan perjalanan dari Batam, Kepulauan Riau,” kata Made.

 

RR/CPL/RPC/HRC/JLC/ADV/Humas