Memacu Industri Olahraga di Indonesia

Administrator - Jumat, 16 September 2016 - 16:01:14 wib
Memacu Industri Olahraga di Indonesia
ilustrasi. bsc

RADARRIAUNET.COM - Belum banyak orang yang menyadari bahwa manfaat olahraga bukan hanya untuk menjaga kesehatan semata. Olahraga jika dipikir secara jernih, tidak hanya berdampak positif pada kebugaran tubuh, seperti menjauhi makanan-makanan yang tidak sehat, melatih jantung, dan menghindari penyakit.  

Dalam pemahaman saya, kekuatan olahraga melebihi itu, olahraga bisa menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang luar biasa dan bisa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Olahraga memberikan banyak dampak positif bukan hanya bagi diri sendiri, melainkan juga bangsa dan negara.   

Mengapa demikian? Karena olahraga menjadi salah satu instrumen pembangunan sebuah masyarakat, termasuk dalam   bidang ekonomi. Banyak negara menunjukkan kesungguhan di bidang olahraga dengan tidak hanya menjadikannya sebagai budaya, tetapi juga sebagai sebuah industri. Ada sebuah kesadaran bahwa industri olahraga menjadi peluang ekonomi yang dapat berkontribusi signifikan untuk devisa negara.

Amerika Serikat, misalnya, negara yang menjadi juara umum dalam Olimpiade Rio di Brasil itu telah menunjukkan bagaimana industri olahraga memberikan peluang bagi para pelaku di dalamnya. Sumbangsih industri olahraga di AS  terhadap produk domestik bruto (PDB) per kapita mencapai sekitar 56 ribu dolar AS, sementara Tiongkok mencapai 8.000 dolar AS.

Bagaimana dengan Indonesia? Masih sangat jauh. PDB Indonesia masih 3.500 dolar AS. Di Indonesia, sumbangsih sektor olahraga terhadap PDB memang belum secara spesifik terdefinisikan dalam sensus BPS. Kontribusi olahraga terhadap PDB masih didekati dari sektor lain yang berhubungan dengan keolahragaan melalui apa yang disebut dengan neraca satelit keolahragaan.

Ke depan, saya berharap sektor olahraga dapat masuk dalam kategori tersendiri. Dalam skala global, industri olahraga   menjadi kekuatan tersendiri. Misalnya, transfer pemain bola yang mencapai angka ratusan miliar rupiah, penjualan kaus dari klub-klub besar, sepatu, dan merchandise olahraga lainnya telah memberikan angka yang tidak sedikit untuk pendapatan masyarakat dan negara. Brasil yang baru saja menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade 2016 dilaporkan berhasil meraup keuntungan hingga 9,3 miliar dolar AS. Perusahaan televisi dilaporkan rela merogoh koceknya hingga Rp 52,7 triliun untuk hak siar atas ajang olahraga empat tahunan ini.

Di Indonesia sendiri, sebenarnya sudah ada kesadaran untuk memanfaatkan olahraga sebagai media untuk meningkatkan  derajat ekonomi. Hanya, sampai saat ini belum termanajemen secara maksimal. Bicara potensi dan keuntungan, baik itu materi maupun moral, tentu industri olahraga di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar.  

Indonesia dikenal memiliki suporter bola yang sangat fanatik. Bahkan, saya mendapat laporan bahwa suporter klub-klub elite Eropa, terbesar justru berasal dari Indonesia. Hal itu bisa dilacak, salah satunya dari tranding topic Twitter di  sejumlah pertandingan Liga Eropa, IP adress-nya terbesar dari Indonesia. Pun, pada saat ekshibisi klub-klub Eropa ke   Indonesia, sambutan suporter Tanah Air sungguh luar biasa.

Saya pernah menerima laporan bahwa untuk setiap pertandingan klub sepak bola Tanah Air, seperti Arema Indonesia, dari penjualan tiket saja dapat mencapai Rp 1 miliar. Belum lagi, penjualan merchandise, makanan, dan minuman di sepanjang kompetisi berlangsung.

Mungkin banyak yang tidak tahu, satu outlet kecil merchandise Bobotoh di Bandung ada yang beromzet hingga Rp 6 juta/hari. Mayoritas pelaku usahanya adalah anak-anak muda kreatif. Mereka sendiri yang mendesain, memproduksi, dan menjual. Ini adalah peluang ekonomi yang sangat strategis untuk mengembangkan industri olahraga Indonesia.

Presiden Joko Widodo dalam rapat Kabinet Kerja selalu menegaskan bahwa "negara harus hadir" begitu pun dalam bidang   olahraga. Kehadiran pemerintah di bidang olahraga dibatasi oleh anggaran. Tidak mungkin pemerintah mengover semua kebutuhan pembinaan atlet yang jumlahnya begitu besar. Kita bangga punya Rio Haryanto yang berhasil masuk ke ajang balapan paling bergengsi di Formula 1, tapi kita juga sedih langkahnya terhenti karena kita tidak cukup punya resources untuk melanjutkan mimpi-mimpinya. Rio menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, betapa prestasi olahraga tidak cukup hanya mengandalkan anggaran negara. Suka tidak suka, pihak swasta harus terlibat lebih jauh, caranya tidak lain adalah   dengan mengembangkan industri olahraga.

Presiden RI Joko Widodo sudah mengamanatkan kepada saya untuk membentuk Yayasan Pendanaan Olahraga. Nantinya, lembaga ini selain menghimpun dana untuk kebutuhan peningkatan prestasi olahraga, juga akan kita dorong untuk   membantu percepatan industri olahraga di Indonesia. Tidak ada jalan buntu, semua bisa diusahakan ketika kita mau berpikir kreatif dan bekerja keras. Yang terpenting, para atlet kita terus menempa diri menjadi atlet yang berkualitas.

Dalam waktu dekat, Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah dalam beberapa acara keolahragaan Internasional, yaitu The 6th TAFISA World Sport For All Games 2016 di Jakarta dengan peserta tidak kurang dari 110 negara, Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, serta Asian Paragames 2018 di Jakarta. Selain itu, 17-29 September 2016 akan diselenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 di Jawa Barat.  

Ini sebuah kesempatan emas untuk mulai menggerakkan industri olahraga kita. Jangan sampai kita hanya menjadi penonton dari perputaran uang yang jumlahnya begitu besar. Setiap ajang olahraga yang diselenggarakan harus mampu memberikan   nilai tambah dan menjadi penggerak bagi perekonomian masyarakat.

Dengan semangat Hari Olahraga Nasional XXXIII, mari bangkitkan terus semangat olahraga untuk generasi Indonesia yang sehat dan produktif. Industri olahraga adalah mata rantai paling puncak dari piramida olahraga setelah pembudayaan   olahraga dan prestasi olahraga. Pemuda maju, olahraga jaya!


Imam Nahrawi
Menteri Pemuda dan Olahraga RI/rol