CANBERRA (RRN) - Tony Abbott menerima tantangan Malcolm Turnbull untuk memperebutkan kursi ketua Partai Liberal, sekaligus gelar perdana menteri Australia pada Senin (14/9). Sikap optimistis Abbott berbalik nestapa setelah hasil dalam pemilihan tertutup partai memenangkan Turnbull, menjadikannya perdana menteri ke-29 Negeri Kangguru.
Tantangan ini langsung disampaikan Turnbull pada Abbott, meminta PM Australia itu menyelenggarakan pemilihan untuk memperebutkan kursi ketua umum partai. Sebelum menyampaikan tantangan ini, Turnbull telah lebih dulu hengkang dari jabatan menteri komunikasi Australia.
Menerima tantangan itu, Abbott jemawa dan yakin betul akan menang. Wajar saja, sebelumnya tujuh bulan lalu, Abbott berhasil selamat dari mosi tidak percaya Partai Liberal yang berpotensi memakzulkannya.
"Akan ada pemilihan partai untuk posisi ketua dan wakil ketua malam ini. Saya akan menjadi kandidatnya dan saya akan menang," kata Abbott saat itu.
•
Dalam konferensi pers ihwal pemilihan tersebut, Turnbull, mengatakan alasannya melemparkan tantangan itu. Menurutnya, Abbott gagal memperbaiki perekonomian Australia dan menciptakan iklim bisnis yang diperlukan para investor.
Financial Times menuliskan, Australia memang tidak pernah mengalami resesi sejak puluhan tahun, namun pertumbuhannya sangat lambat dengan angka pengangguran yang meroket dan rasio utang dengan PDB yang terus meningkat.
Selain itu, media menuliskan bahwa Abbott menyalahi janji untuk mereformasi jaminan kesehatan dan pendidikan yang disampaikannya pada pemilu. Dia memberi penghargaan pada Pangeran Philip, yang mengecewakan banyak warga Australia, serta dianggap mengambil kebijakan yang salah soal mengatasi imigran dari Timur Tengah.
Popularitas Abbott anjlok. Menurut Turnbull, dukungan terhadap Abbott merosot dalam 30 survei media berturut-turut, menunjukkan perubahan sikap rakyat pada pria 57 tahun itu.
Turnbull khawatir, hancurnya dukungan terhadap Abbott akan berdampak buruk pada suara untuk Partai Liberal di pemilu 2017 mendatang.
"Jika kita tetap mempertahankan Abbott menjadi Perdana Menteri, maka jelas apa yang akan terjadi. Dia akan berhenti jadi perdana menteri dan digantikan oleh Shorten," kata Turnbull, merujuk pada Bill Shorten, pemimpin oposisi dari Partai Buruh.
Menurut Turnbull, akan jadi bencana jika Shorten terpilih perdana menteri.
"Kita akan melihat kebijakan ceroboh yang membinasakan dari Shorten terkait perjanjian perdagangan bebas China-Australia. Hal paling penting bagi dasar kemakmuran kita, adalah mengetahui bahwa dia (Shorten) tidak layak jadi perdana menteri negara ini, dan dia bisa jadi memimpin jika kita tidak melakukan perubahan," lanjut Turnbull.
Turnbull menang dengan 54 suara, melawan Abbott yang mendapat 44 suara. Kudeta terhadap Abbott berhasil.
Abbott hengkang dan Turnbull langsung diambil sumpahnya hari ini. Harapan besar bertumpu pada Turnbull, pengusaha kelas kakap dan bankir kawakan, untuk mendongkrak perekonomian Australia.
Politisi 60 tahun yang mendukung pernikahan sesama jenis ini diharap mampu menghilangkan kesan buruk Abbott di Partai Liberal. Abbott dianggap lemah saat tampil di televisi dan tidak berkarisma.
Kepemimpinan Turnbull terbukti ampuh meningkatkan dukungan untuk Partai Liberal. Survei singkat melalui SMS oleh Morgan Poll menunjukkan bahwa Turnbull unggul dengan 70 persen suara dibanding Bill Shorten yang hanya mendapat 24 persen.
"Para pemilih di Australia memberikan mandat yang besar pada Perdana Menteri baru Malcolm Turnbull di hari pertamanya menjabat," kata CEO Morgan Poll, Gary Morgan, mengomentari survei yang diikuti 1.204 responden tersebut. (stu/fn)