Kemana Hilangnya Mata Pelajaran Arab Melayu, Ini Penjelasan Itang Tarsana

Administrator - Sabtu, 08 Oktober 2016 - 13:58:37 wib
Kemana Hilangnya Mata Pelajaran Arab Melayu, Ini Penjelasan Itang Tarsana
Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Tambang, Itang Tarsana SPd. drc

RADARRIAUNET.COM - Sadarkah kita, kalau saat ini mata pelajaran Arab Melayu sudah jarang terdengar. Padahal, beberapa tahun lalu setiap sekolah wajib memberikan mata pelajaran Arab Melayu. Kemana hilangnya?

"Jangan salah dulu. Arab Melayu itu tidak dihapus tapi hanya dilebur menjadi muatan lokal di sekolah dan menjadi bagian dari budaya Budaya Melayu Riau (BMR)," terang Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Tambang, Itang Tarsana SPd, saat dikonfirmasi awak media di sela-sela acara pelatihan Budaya Melayu Riau Kepala Sekolah, Guru serta Pengawas se Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar di SDN 021 Tarai Bangun, belum lama ini.

Itang menjelaskan, pelatihan ini berdasarkan Surat Edaran Dinas Pendidkan Provinsi Riau dan Kabupaten Kampar. Jumlah peserta sebanyak 84 orang melibatkan Kepala Sekolah, Guru serta Pengawas. Dikarenakan aula kantor desa terdekat tidak mencukupi menampung para peserta,  pelaksanaan pelatihan BMR diadakan di SDN 021 Tarai Bangun, dengan catatan tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah tersebut.

Mengenai instruktur pelatihan yakni dari Gahara, yang menjelaskan bahwa penggabungan mata pelajaran tersebut dilakukan karena Arab Melayu sendiri bukan menjadi suatu keahlian siswa melainkan hanya harus mengetahui. Pasalnya, jika hanya Arab Melayu saja yang dikhususnya menjadi mata pelajaran, budaya Melayu lainnya menjadi hal yang kurang dipelajari.

Padahal, menurut akademisi Ilmu Pendidikan di Universitas Riau (UIR) Riau ini, Arab Melayu hanya bagian kecil dari budaya Melayu. Selanjutnya, mata pelajaran BMR juga tidak hanya fokus pelajaran Arab Melayu, karena kepentingan mengetahuinya tidak besar.  

"Coba jika dia ahli Arab Malayu, buat apa. Tapi karena ini warisan budaya Melayu, mereka harus mengetahui aksara itu," terangnya.

Lebih jelas itang menjelaskan, Kurikulum yang berubah juga membuat kebijakan yang selalu berubah. Dulu Arab Melayu sebagai muatan lokal di Riau merupakan muatan lokal khusus. Sekarang, ia hanya merupakan salah satu muatan lokal budaya Melayu yang sangat beragam. Di sana ada kesenian, kebudayaan, sejarah, dan lain sebagainya.

Diakui Itang, memang sudah lama tidak ada pelatihan-pelatihan untuk guru Arab Melayu.

"Dulu ada pelatihan untuk guru Arab Melayu, sekarang memang  tak ada lagi. Lomba menulis Arab Melayu juga belum ada. Kurikulum berubah terus sesuai perkembngn zaman dan tekhnologi. Makanya kita juga harus berubah. Arab Melayu tetap dikembangkan dan sebagai salah satu mata pelajaran. Kalau soal visi misi atau tujuan Arab Melayu nantinya, saya tak tahu. Yang jelas anak bisa menulis dan membaca Arab Melayu," ungkap Itang.


gor/radarriaunet.com