Harga Gas di RI Lebih Mahal dari Singapura, Menperin: Sedang Kita Pelajari

Administrator - Rabu, 31 Agustus 2016 - 08:48:32 wib
Harga Gas di RI Lebih Mahal dari Singapura, Menperin: Sedang Kita Pelajari
Harga Gas di RI Lebih Mahal dari Singapura, Menperin: Sedang Kita Pelajari. dtc

RADARRIAUNET.COM - Harga gas di dalam negeri kelewat mahal. Ini dikeluhkan sejumlah pengusaha Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam pertemuan dengan Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartato tadi pagi.

Anehnya, Singapura, yang tak punya sumber gas bumi, harga gasnya justru bisa lebih murah ketimbang Indonesia. Padahal sebagian pasokan gas untuk Singapura diimpor dari Indonesia.

Sebagai informasi, harga gas industri di Indonesia menyentuh angka US$8-10 per Million Metric British Thermal Unit (MMbtu). Lebih mahal dibandingkan dengan harga gas industri di Singapura sekitar US$4-5 per MMbtu, Malaysia US$4,47 per MMbtu, Filipina US$5,43 per MMbtu, dan Vietnam sekitar US$7,5 per MMbtu.

Airlangga mengaku heran juga dengan mahalnya harga gas di Indonesia ini. Masalah harga gas untuk industri sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah, pukul 16.00 WIB sore lalu sudah dirapatkan di Kemenko Perekonomian.

"Nah, itu yang sedang dipelajari, rapatnya nanti sore, jadi to be continue nanti sore," kata Airlangga saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (29/8/2016).

Mahalnya harga gas industri merupakan persoalan lama yang muncul sejak sebelum Airlangga Hartarto menjabat Menperin. Namun, karena baru menjabat Menperin, Airlangga akan mengkaji kembali masalah ini.

Menurutnya, harga gas untuk industri di dalam negeri idealnya di bawah US$5/MMbtu. Sekarang harganya rata-rata dua kali lipat dari angka ideal.

"Kemarin dalam rapat sudah kita sampaikan, ada wacana agar harga gas ini bisa di bawah US$5/MMbtu. Kita masih bahas, kita tunggu nanti sore," tukasnya.

Kemenperin ingin harga gas bisa segera turun untuk meningkatkan minat investasi dan daya saing perindustrian di dalam negeri. Akibat tingginya harga gas, biaya bahan bakar di pabrik-pabrik jadi tidak efisien, tarif listrik juga ikut mahal.

Ini melemahkan daya saing dan menghambat arus investasi ke Indonesia.

"Bagaimana harga gas dan listrik yang berdaya saing. Harga gas yang berdaya saing terkait juga dengan listrik," tutupnya.


dtc/fn/radarriaunet.com