Trump Serukan Jaksa Khusus untuk Selidiki Clinton Foundation

Administrator - Kamis, 25 Agustus 2016 - 13:47:58 wib
Trump Serukan Jaksa Khusus untuk Selidiki Clinton Foundation
Trump mendesak adanya seorang jaksa khusus untuk menyelidiki dugaan pendonor Clinton Foundation mendapat perlakuan khusus dari sang mantan menlu. cnn

RADARRIAUNET.COM - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, mendesak Departemen Kehakiman AS menunjuk seorang jaksa khusus untuk menyelidiki dugaan bahwa para pendonor Clinton Foundation mendapat perlakuan khusus dari Departemen Luar Negeri AS saat kementerian itu dipimpin oleh rivalnya, Hillary Clinton.

Trump melontarkan seruan itu di hadapan ribuan pendukungnya dalam kampanye di Akron, Ohio, pada Senin (23/8). Trump selama ini kerap menuduh mantan Presiden AS Bill Clinton dan istrinya mempergunakan lembaga amal Clinton Foundation sebagai sarana para pendonor asing dan domestik mendapat mendapat bantuan dari Departemen Luar Negeri selama Hillary Clinton menjabat periode 2009-2013.

Trump juga menyalahkan Departemen Kehakiman AS dan Biro Investigasi Federal (FBI) karena tidak meluncurkan dakwaan terhadap Clinton atas penggunaan server email pribadinya ketika menjabat sebagai menteri luar negeri. Pasalnya, Direktur FBI James Comey hanya menyebut bahwa tindakan Clinton itu ceroboh, namun tidak meluncurkan dakwaan.

"Departemen Kehakiman harus menunjuk seorang jaksa khusus karena lembaga itu, terbukti, menjadi perpanjangan tangan dari politik Gedung Putih. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya," ujar Trump, dikutip dari media internasional.

Seruan Trump ini juga dilontarkan hanya sehari setelah lembaga pengawas konservatif, Judicial Watch, merilis 725 halaman dokumen Departemen Luar Negeri AS, termasuk sejumlah dokumen yang dinilai sebagai contoh perlakukan istimewa yang diberikan kepada pendonor atas permintaan mantan eksekutif Clinton Foundation, Douglas Band.

Ratusan dokumen itu dirilis menyusul pengumuman Clinton Foundation untuk tidak lagi menerima sumbangan asing jika Clinton akan terpilih sebagai presiden.

Sementara itu ketua tim kampanye Clinton, John Podesta, menyatakan bahwa Trump "perlu memaparkan kepada pemilihnya soal jaringan bisnisnya yang kompleks, yang tak jarang terlilit utang ke sejumlah bank besar, termasuk Bank of China. "

"Donald Trump harus berhenti bersembunyi di balik alasan palsu dan merilis data pajak serta segera mengungkapkan bisnisnya yang penuh kepentingan," kata Podesta.

Seruan Trump terkait investigasi skandal email Clinton diduga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan popularitasnya yang menurun dalam berbagai jajak pendapat belakangan ini. Sejak konvensi kedua partai Juli lalu, Clinton mendominasi jajak pendapat atau survei, unggul jauh di atas Trump.

Dalam survei Reuters/Ipsos yang dilakukan pada 14-18 Agustus, Clinton menang 8 persen dari Trump. Clinton mendapatkan 42 persen dukungan warga AS untuk pemilu presiden 8 November mendatang, sementara Trump 34 persen. Sebanyak 23 persen sisanya mengaku tidak memilih kedua calon presiden tersebut.

Clinton dan Trump saling serang dalam kampanyenya, mencoba mempengaruhi pemilih bahwa rival mereka tidak layak memimpin Amerika. Namun berdasarkan survei, tidak ada dari kedua calon presiden ini yang mendapatkan suara mayoritas rakyat AS, dan dua per tiga orang dewasa AS meyakini negara itu telah salah arah.


cnn/fn/radarriaunet.com